Sepasang pipit memadu kasih, bergelantungan, menari dan bernyanyi riang.
Memisahkan diri dari sekawanan sahabat yang berkicau senang, menggemakan
serunai, membahana di dedahanan cemara. Sekuncup mawar merah merekah, memesonai
nian. Nyiur melambai, bersenandung ria sebuah melodi cinta. Pucuk-pucuk putih
menguncup di dedaunan kopi, menyebarkan aroma harum pemanja indera. Sekawanan
lebah pengisap madu menghambur, memuja sang bidadari di singgasana bebunga,
lantas malu-malu mulai mencumbui. Seekor kupu-kupu cantik melambai-lambai,
mengepak-ngepakkan sayapnya. Tersenyum ramah ia menyapa, “hai, kawan.”
Itulah sang pagi. Segenggam pagi yang murni di hamparan asri. Semburat
mentari merona di ufuk timur, memancarkan beribu sulur jingga yang menawan. Langit
bersih, tiada awan-gemawan. Selaksa embun bergelayut di padang rerumputan. Semilir
angin membasuh tubuh, menyegarkan jiwa sang pemuja.
Itulah pagiku yang indah. Di sudut taman aku terpana.
Malang, 01 Agustus 2017
Walter Arryano