Tuesday, 1 August 2017

Lelaki Pemuja Pagi

Sepasang pipit memadu kasih, bergelantungan, menari dan bernyanyi riang. Memisahkan diri dari sekawanan sahabat yang berkicau senang, menggemakan serunai, membahana di dedahanan cemara. Sekuncup mawar merah merekah, memesonai nian. Nyiur melambai, bersenandung ria sebuah melodi cinta. Pucuk-pucuk putih menguncup di dedaunan kopi, menyebarkan aroma harum pemanja indera. Sekawanan lebah pengisap madu menghambur, memuja sang bidadari di singgasana bebunga, lantas malu-malu mulai mencumbui. Seekor kupu-kupu cantik melambai-lambai, mengepak-ngepakkan sayapnya. Tersenyum ramah ia menyapa, “hai, kawan.”
Itulah sang pagi. Segenggam pagi yang murni di hamparan asri. Semburat mentari merona di ufuk timur, memancarkan beribu sulur jingga yang menawan. Langit bersih, tiada awan-gemawan. Selaksa embun bergelayut di padang rerumputan. Semilir angin membasuh tubuh, menyegarkan jiwa sang pemuja.
Itulah pagiku yang indah. Di sudut taman aku terpana.

Malang, 01 Agustus 2017
Walter Arryano
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment