Sejak
mengenal Estyn, cewek yang dikenalnya melalui HP itu, tingkah laku Ryan
akhir-akhir ini semakin berubah. Ia kelihatannya semakin cerah, riang,
bersemangat dan kadang-kadang tersenyum sendiri. Ternyata Ryan telah jatuh
cinta pada wanita itu. Awal perkenalan mereka terbilang amat sederhana.
Semuanya bermula dari keinginan Estyn untuk berkenalan dengan sesosok pribadi
yang bernama asli Ryan itu. Ryan adalah seorang Frater yang memiliki nama biara
Fr. Aryano. Frater ini memiliki kepribadian yang cukup menarik. Demikianlah
kesan spontan yang pernah terucap dari para kawula muda yang didampinginya. Ia
adalah seorang Frater muda yang baik hati, murah senyum, dekat dan akrab dengan
orang muda serta memiliki sejumlah bakat. Bagi para remaja putri yang
didampinginya, Fr Aryano adalah seorang Frater yang bisa dijadikan teman
curhat, teman sharing, seorang kakak yang baik dan penuh pengertian. Oleh
karena itu, banyak di antara mereka yang mengidolakannya. Sehingga
sebagai bentuk keakrabannya mereka pun menyapanya tidak hanya dengan Frater
saja tapi ada embel-embelnya seperti: Fr. Ganteng, Fr. Keren, Fr. Manis, Fr.
Imut dan sebagainya.
Osni
adalah salah seorang dari antara mereka yang mengidolakan Fr. Aryano. Ia
menyapa Frater ini dengan sapaan akrabnya “Fr. Ganteng”. Osni adalah
sepupu kandung Estyn, wanita yang ingin berkenalan dengan Ryan atau Fr. Aryano
itu. Pada suatu waktu, ketika hendak mengadakan suatu panggilan ke salah
seorang temannya, tanpa disengaja terbacalah oleh Estyn sebuah nama yang
tertera pada HP milik Osni yang dipinjamnya saat itu. Nama itu adalah “Fr. Ganteng” lengkap dengan nomor
HP-nya. Nama itulah yang membuat Estyn penasaran dan ia berniat untuk
berkenalan dengan pemilik nama itu. Niatnya pun diawalinya dengan menanyakan
beberapa hal tentang orang itu pada sepupunya. Osni menceritakan apa adanya
sesuai dengan apa yang ia ketahui tentang Frater idolanya itu.
Sejumlah informasi tentang Ryan yang diperoleh Estyn dari
sepupunya itu membuat ia semakin penasaran. Maka dengan berdalih ingin menjadi
sahabat barunya, Estyn pun ingin berkenalan langsung dengan Ryan. Tetapi karena
tempat tinggal mereka yang berjauhan, maka jalan satu-satunya yang paling
efektif dan efesien untuk berkenalan yaitu dengan menggunakan HP dan seperti
yang biasa dilakukan oleh banyak orang jika ingin berkenalan dengan orang lain
melalui HP pertama-tama adalah melalukan panggilan “missed call” sambil
menunggu reaksi balik dari nomor yang dituju. Estyn pun melakukannya. Ternyata
aksinya menuai keberhasilan. Ryan menanggapi panggilan “missed call”
dari pemilik nomor yang tak dikenalnya sore itu. “Met sore, maaf ni dgn siapa
ya?” Demikian sederetan kata-kata yang dalam dunia per-HP-an diberi nama SMS (Short
Massage Service) itu terbaca terbaca pada layar ponsel milik Estyn. Dan
pengirimnya adalah Ryan. “Met sore jg, aku cewek, namanya Estyn, tinggal di
Malang. Maukah kamu jd shbt baruku?” Estyn membalas SMS itu dengan perkenalan
singkat identitasnya.
SMS demi SMS sore itu membuat keduanya mengenal satu sama
lain. Estyn mengenal Ryan yang adalah seorang Frater dengan nama biara Fr.
Aryano. Ia pernah menjadi pendamping kaum muda di sebuah Asrama Frateran di
tanah Nagi selama satu tahun sebelum ia dipindahkan ke Kupang, komunitas
barunya yang ia tempati hingga saat ini. Di asrama yang dihuni sejumlah pelajar
putra-putri itu ternyata Osni, sepupu kandung Estyn adalah salah seorang di
antaranya. Dari pihak Ryan, ia mengenal ternyata Estyn adalah sepupu kandung
Osni, seorang anak asrama putri yang pernah dekat dan akrab dengannya. Dari
ceritanyalah Estyn mengenal Ryan atau Fr. Aryano dan mengetahui nomor HP-nya.
Kini Estyn telah menjadi seorang guru muda di sebuah Sekolah Dasar di kampung
halamannya setelah beberapa tahun yang lalu menyelesaikan studinya di sebuah
perguruan tinggi di kota Malang.
Berawal dari perkenalan singkat inilah, dua insan ini
menjadi sepasang sahabat yang akrab walaupun mereka belum pernah bersua muka.
Saking akrabnya Estyn pun menjadikan Ryan sebagai teman curhatnya apalagi
mengetahui bahwa Ryan adalah seorang biarawan yang baginya sangat cocok
dijadikan sebagai tempat curahan hatinya. Ia pun memanggil Ryan dengan sapaan No,
sebagaimana yang lazim dipakai di daerahnya untuk menyapa kaum Adam secara
akrab dan santun.
SMS dan telepon silih berganti mengisi kesepian hari-hari
sepasang sahabat baru ini. Bebagai topik pun tak terlewatkan dari bahan obrolan
mereka, mulai dari pengalaman di bangku sekolah, teman-teman, hoby, pekerjaan
sampai kisah asmara kedua pasangan masing-masing.
Sebuah opini klasik yang telah sekian lama sudah menjadi
kesepakatan bersama bahwa perasaan cinta itu berawal dari pengalaman indera
penglihatan (mata) lalu turun menyusup ke kedalaman relung hati yang terdalam
kemudian terpancar kembali keluar diri menuju pribadi lain dengan sejulah
perasaan yang diwakili sebuah perasaan yang bernama naksir. Ternyata argumen
itu kini telah digeser keberadaannya. Kemajuan alat komunikasi telah
mengaburkan eksistensinya. Ternyata perasaan cinta tak selamanya berawal dari
pengalaman indera penglihatan tapi juga bermula dari sepasang organ tubuh
manusia yang bernama telinga. Alat indera yang berperan sebagai indera
pendengaran ini ternyata turut memberi andil dalam kisah awal perjalanan
romantisme percintaan sepasang anak manusia dalam merajut benang asmara.
Demikianlah yang terjadi pada Estyn dan Ryan. Suara
lembut dan indah yang dimiliki Estyn ternyata mampu meluluhlantakan ketegaran
hati seorang Frater bernama Aryano. Komitmennya untuk tetap setia pada
panggilannya seakan tercabik oleh karena suara itu. Akhirnya ia pun jatuh dan
tenggelam dalam danau asmara yang pemiliknya adal seorang dara muda dari tanah
Nagi bernama Estyn. Ryan jatuh cinta padanya. Estyn pun mengalami hal yang
sama. Suara jejaka muda yang saban waktu terus menemani hari-hari sepinya itu
ternyata mampu membuatnya tak berdaya. Akhirnya ia pun bertekuk lutut dan jatuh
terkuali dalam pelukan pemilik suara itu. Estyn tertambak panah asmara
dan ia pun jatuh cinta pada Ryan.
Waktu terus bergulir, saat terus berganti. Seperti yang
lazim dialami para darah mudah yang tengah terbakar api asmara, kedua musafir
muda ini pun demikian. Bagi mereka berenang dalam lautan asmara untuk menikmati
obrolan romantis adalah momen yang dinanti-nanti saban hari. Jarak, ruang dan
waktu tak kuasa menepis romantisme percintaan mereka. Estyn yang berdomisili di
ujung timur Nusa Bunga dan Ryan yang melalang buana di atas hamparan batu
karang di Kota Kasih; jarak yang sejauh itu tidak menjadi masalah bagi mereka
untuk membangun komitmen saling setia satu sama lain. Kesetiaan cinta mereka
mampu dijembatani hanya dengan segenggam alat komunikasi yang dalam dunianya diberi
nama handphone. Alat inilah yang menjadi sarana paling efektif bagi
mereka tuk melepaskan rasa rindunya. Bagi mereka melewatkan saat dan
menghabiskan waktu berjam-jam di samping produk yang dilahirkan di era post
modern ini menjadi saat yang paling menyenangkan karena keduanya bisa mendengar
dan memperdengarkan suara indahnya masing-masing untuk si dia yang dicintainya
di pulau seberang. Alat ini pulalah yang menjadi perekat jalinan cinta mereka.
Ia bagaikan cincin pertunangan yang menjadi saksi bisu ketulusan cinta kedua
insan yang sedang dimabuk asmara ini.
Hari itu tanggal 14 Februari. Pada tanggal yang sama di
tahun 269 M seorang Pastor dari Gereja Katolik yang bernama Valentinus
dipenggal kepalanya demi mempertahankan eksistensi sebuah cinta sejati. Sang
pahlawan cinta ini menghembuskan nafas terakhirnya di balik terali besi. Ia
gugur sebagai pejuang kasih sayang yang semasa hidupnya dengan elegan
menampilkan sesosok pribadi yang menegaskan bahwa arti sebuah cinta sejati
mesti disokong dan kekuatannya tak kuasa dicederai oleh apa dan siapa pun. Oleh
karena pengorbanannya inilah Pastor Valentinus dikenang sepanjang masa oleh
segenap umat manusia di seluruh dunia. Maka jadilah setiap tanggal 14 Februari
diperingati sebagai hari kasih sayang atau Valentine Day.
Bagi Ryan dan Estyn tanggal 14 Februari waktu itu
merupakan hari valentine pertama sepanjang perjalan cinta mereka. Bagi banyak
orang khususnya kaum muda hari ini adalah momen yang paling ditunggu-tinggu
saban tahun. Pada hari ini mereka dapat mengekspresikan rasa kasih sayang
kepada orang yang dicintainya dalam berbagai aksi : memberikan hadiah,
merayakannya secara bersama-sama atau pergi berduaan ke tempat-tempat yang
berhawa eksostis dan bernuansa romantis. Singkatnya di hari yang dikenal sebagai
hari kasih sayang oleh umat manusia sejagat ini merupakan hari yang paling
indah di antara 365 hari dalam tahun Masehi.
Namun, tidaklah demikian bagi Ryan. Di hari kasih sayang
ini, ia harus menghadapi peristiwa yang tidak pernah didugai sebelumnya. Pada
hari ini ia harus berhadapan dengan realita hidup yang terpaksa dialaminya
belum pada waktunya. Valentine day yang menjadi hari penuh dengan kasih
sayang berubah menjadi hari yang penuh dengan duka nestapa. Sepanjang hari ke
empatbelas di bulan Februari itu telah menjadi hari kelabu yang diwarnai
kemelut yang mengharu birukan sanubari. Bagi Ryan 14 Februari adalah detik
terakhir masa hidupnya di dunia ini. Bagaimana tidak? Hari valentine telah
merampas dan merenggut kebahagiaannya. Estyn yang selama ini telah
dinobatkannya menjadi belahan jiwa dan cinta sejatinya kini harus meringkuk
dalam pelukkan laki-laki lain. Harapannya untuk mendapatkan cinta Estyn kini
pupus. Ryan patah hati. Mungkin bagi segelintir orang yang berada di luar
konteks ini akan mempertanyakan kualitas pilihan hidup yang sedang dijalani Fr.
Aryano saat ini. Bagaimana mungkin, seorang Frater bisa patah hati? Perlu
disadari bahwa di dalam pribadi Fr. Aryano masih ada sesosok pribadi yang
bernama Ryan yang dalam pribadi insaninya ia masih memiliki kebutuhan ragawi
manusianya yaitu mencintai dan dicintai oleh seorang wanita. Ryan adalah
seorang manusia laki-laki normal yang dalam dirinya dilengkapi sejumlah
kebutuhan jasmani maupun rohani. Pengalaman patah hati yang dialaminya adalah
bukti bahwa kekuatan cinta yang belasan abad silam diperjuangkan sang pahlawan
cinta, Pastor Valentinus hingga kini di era kontemporer yang doyan mendewakan
kenikmatan-kenikmatan semu ini, ia masih layak diperjuanhkan. Kekuatan cinta
menjadi milik siapa saja dari berbagai usia dan beragam profesi manusia yang
pernah terlahir di planet ini. Fr. Aryano adalah salah seorang dari sekian
banyak orang pilihan Allah yang memiliki pengalaman ini. Baginya pengalaman ini
adalah “salib” yang harus dipikulnya dalam perjalanan hidup menemui DIA yang
telah memanggilnya.
Dan untuk mengakhiri semua cerita indah tentang cintanya
bersama Estyn, Ryan pun menulis sehelai surat untuk Estyn yang akan menjadi
mantan kekasihnya yang kini cintanya telah tertambat di bilik hati pemuda lain.
Isi suratnya itu adalah sebagai berikut:
Estyn cintaku,
Sejak awal kita berkenalan aku langsung mengalami sesuatu
yang tak lazin dalam alam perasaanku. Kau pun mengalami hal yang sama. Mungkin
orang akan berkata bahwa kita adalah manusia-manusia yang menjadi korban
kemajuan teknologi saat ini. Tapi kita tak peduli. Yang terpenting bagi kita adalah
kita sama-sama memiliki rasa itu. Dan walaupun relasi persahabatan kita hanya
mampu dijembatani oleh segenggam alat teknologi yang bernama HP, tapi kita
cukup bahagia dengan semua itu. Suara indah yang saban waktu terus kita
perdengarkan mampu membawa kita ke kedalaman inti perasaan manusiawi kita. Kau
dan aku telah melewati koridor persahabatan yang ketika tiba saatnya memaksa
kita berhenti pada suatu titik muara. Dan pada titik itulah kita tak kuasa lagi
meneruskan relasi itu. Kau dan aku pun sepakat tuk mengubah predikat relasi
kita dari sepasang sahabat menjadi sepasang kekasih. Sejak saat itu kau adalah
kekasihku dan aku adalah cintamu. Semua itu terjadi karena kita telah memiki
rasa yang sama yaitu cinta. Aku mencintaimu dan kau pun sebaliknya. Bagimu rasa
itu kini telah menjadi cerita lama yang kau namakan nostalgia. Karena kau telah
memiliki pujaan hatimu pengganti diriku. Namun, tidaklah demikian bagiku. Aku
adalah Ryan yang pada jalur kehidupan masa lalumu pernah menjadi seseorang yang
kau sebut sebagai sahabat dan kekasihmu. Aku adalah Ryan yang sedari dulu
sangat menyayangi dan mencintaimu. Dan rasa itu hingga kini tak pernah berubah.
Kau tetaplah menjadi wanita yang sangat kucintai sampai detik ini dan mungkin
hingga di penghunjung usiaku. Karena sejak rasa itu hadir dalam relung
sanubariku aku telah berjanji tak akan menduakan cintaku dengan mencintai
wanita lain selain dirimu kecuali aku berpaling darimu tuk menggapai cinta
suciku yaitu panggilan hidupku. Aku yakin bahwa di kedalaman inti perasaanmu
nama Ryan yang juga kau kenal sebagai Fr. Aryano masih terlukis indah
berhiaskan mutiara cinta yang dulu pernah kau berikan padaku. Tetapi aku tak
pernah memaksakan bahwa nama itu harus dan tetap ada dalam dirimu. Biarkan dia
berlalu bersama perasaanmu yang kini telah menjadi sebuah kenangan.
Estyn cintaku,
Di hari yang penuh kilau gemerlap oleh mekaran mawar yang
oleh para pemuja cinta menjadikannya sebagai simbol cinta ini, mengapa kau
nodai dengan ketegaan hatimu yang dengan congkak mencampakkan perasaanku?
Mengapa di hari yang dibingkai mawar kasih sayang ini, kau kaluti dengan
kemelut perasaanmu yang kian gundah gulana? Apakah aku yang adalah
seorang Frater bersalah jika memilih untuk mencintai wanita sepertimu?
Dimanakah cinta dan kasih sayang yang dulu pernah kau perdengarkan di
telingaku? Apakah semua rasa yang telah kita rajuti bersama ketika kau masih
bersanding denganku selama ini harus sirna oleh setitik cinta yang kau dapati
dari pemuda pilihan itu….
Estyn cintaku,
Sampai detik ini pun aku belum bisa menerima kenyataan
ini. Aku belum sanggup menghadapi kenyataan bahwa aku harus kehilangan dirimu.
Bukan karena aku tak setia lagi pada komitmenku dulu untuk tetap berjuang
mempertahankan kesucian panggilan hidupku, tetapi kehadiranmu dalam menapaki
jalan hidupku yang adalah semangat dan kekuatanku, mengapa aku harus kehilangan
semua itu sebelum waktunya. Aku masih membutuhkanmu tuk menemaniku melewati
liku-liku jalanku yang penuh dengan onak dan duri. Aku merasa dikuatkan karena
pilihan hidupku didukung oleh orang yang sangat kucintai. Sejak awal kita
berkenalan aku telah menyadari bahwa pada saatnya nanti aku akan kehingan
dirimu, karena kau harus pergi dari kehidupanku untuk mendampingi seorang
laki-laki yang menjadi suamimu. Tapi bukan sekarang, ketika dukungan dan
cintamu yang adalah kekuatanku masih sangat kubutuhkan. Namun, jika semua ini
adalah keputusan yang bisa membuamu bahagia, kumohon perkenankan aku untuk
boleh mencintai dirimu dan memahat namamu di lubuk hatiku untuk selamanya
walaupun kita tak pernah menyatu untuk saling memiliki. Karena cinta tak
selamanya harus memiliki. Dan mulai saat ini lupakan dan hapuslah nama Ryan dari
kehidupanmu dan gantilah dia dengan Fr. Aryano. Terimalah aku sebagai seorang
biarawan dan… panggilah aku FRATER!!!
cerita
ini dijiplak dari catatan harianku
sebuah
kisah nyata
Bukit Oesapa Kota Kasih
(Kupang),
14 Februari 2009
walter odja arryano