Monday, 19 January 2015

Panggilah Aku, FRATER

Sejak mengenal Estyn, cewek yang dikenalnya melalui HP itu, tingkah laku Ryan akhir-akhir ini semakin berubah. Ia kelihatannya semakin cerah, riang, bersemangat dan kadang-kadang tersenyum sendiri. Ternyata Ryan telah jatuh cinta pada wanita itu. Awal perkenalan mereka terbilang amat sederhana. Semuanya bermula dari keinginan Estyn untuk berkenalan dengan sesosok pribadi yang bernama asli Ryan itu. Ryan adalah seorang Frater yang memiliki nama biara Fr. Aryano. Frater ini memiliki kepribadian yang cukup menarik. Demikianlah kesan spontan yang pernah terucap dari para kawula muda yang didampinginya. Ia adalah seorang Frater muda yang baik hati, murah senyum, dekat dan akrab dengan orang muda serta memiliki sejumlah bakat. Bagi para remaja putri yang didampinginya, Fr Aryano adalah seorang Frater yang bisa dijadikan teman curhat, teman sharing, seorang kakak yang baik dan penuh pengertian. Oleh karena itu,  banyak di antara mereka yang mengidolakannya. Sehingga sebagai bentuk keakrabannya mereka pun menyapanya tidak hanya dengan Frater saja tapi ada embel-embelnya seperti: Fr. Ganteng, Fr. Keren, Fr. Manis, Fr. Imut dan sebagainya.
Osni adalah salah seorang dari antara mereka yang mengidolakan Fr. Aryano. Ia menyapa Frater ini dengan sapaan akrabnya “Fr. Ganteng”. Osni adalah sepupu kandung Estyn, wanita yang ingin berkenalan dengan Ryan atau Fr. Aryano itu. Pada suatu waktu, ketika hendak mengadakan suatu panggilan ke salah seorang temannya, tanpa disengaja terbacalah oleh Estyn sebuah nama yang tertera pada HP milik Osni yang dipinjamnya saat itu. Nama itu adalah “Fr. Ganteng” lengkap dengan nomor HP-nya. Nama itulah yang membuat Estyn penasaran dan ia berniat untuk berkenalan dengan pemilik nama itu. Niatnya pun diawalinya dengan menanyakan beberapa hal tentang orang itu pada sepupunya. Osni menceritakan apa adanya sesuai dengan apa yang ia ketahui tentang Frater idolanya itu.
Sejumlah informasi tentang Ryan yang diperoleh Estyn dari sepupunya itu membuat ia semakin penasaran. Maka dengan berdalih ingin menjadi sahabat barunya, Estyn pun ingin berkenalan langsung dengan Ryan. Tetapi karena tempat tinggal mereka yang berjauhan, maka jalan satu-satunya yang paling efektif dan efesien untuk berkenalan yaitu dengan menggunakan HP dan seperti yang biasa dilakukan oleh banyak orang jika ingin berkenalan dengan orang lain melalui HP pertama-tama adalah melalukan panggilan “missed call” sambil menunggu reaksi balik dari nomor yang dituju. Estyn pun melakukannya. Ternyata aksinya menuai keberhasilan. Ryan menanggapi panggilan “missed call” dari pemilik nomor yang tak dikenalnya sore itu. “Met sore, maaf ni dgn siapa ya?” Demikian sederetan kata-kata yang dalam dunia per-HP-an diberi nama SMS (Short  Massage Service) itu terbaca terbaca pada layar ponsel milik Estyn. Dan pengirimnya adalah Ryan. “Met sore jg, aku cewek, namanya Estyn, tinggal di Malang. Maukah kamu jd shbt baruku?” Estyn membalas SMS itu dengan perkenalan singkat identitasnya.
SMS demi SMS sore itu membuat keduanya mengenal satu sama lain. Estyn mengenal Ryan yang adalah seorang Frater dengan nama biara Fr. Aryano. Ia pernah menjadi pendamping kaum muda di sebuah Asrama Frateran di tanah Nagi selama satu tahun sebelum ia dipindahkan ke Kupang, komunitas barunya yang ia tempati hingga saat ini. Di asrama yang dihuni sejumlah pelajar putra-putri itu ternyata Osni, sepupu kandung Estyn adalah salah seorang di antaranya. Dari pihak Ryan, ia mengenal ternyata Estyn adalah sepupu kandung Osni, seorang anak asrama putri yang pernah dekat dan akrab dengannya. Dari ceritanyalah Estyn mengenal Ryan atau Fr. Aryano dan mengetahui nomor HP-nya. Kini Estyn telah menjadi seorang guru muda di sebuah Sekolah Dasar di kampung halamannya setelah beberapa tahun yang lalu menyelesaikan studinya di sebuah perguruan tinggi di kota Malang.
Berawal dari perkenalan singkat inilah, dua insan ini menjadi sepasang sahabat yang akrab walaupun mereka belum pernah bersua muka. Saking akrabnya Estyn pun menjadikan Ryan sebagai teman curhatnya apalagi mengetahui bahwa Ryan adalah seorang biarawan yang baginya sangat cocok dijadikan sebagai tempat curahan hatinya. Ia pun memanggil Ryan dengan sapaan No, sebagaimana yang lazim dipakai di daerahnya untuk menyapa kaum Adam secara akrab dan santun.
SMS dan telepon silih berganti mengisi kesepian hari-hari sepasang sahabat baru ini. Bebagai topik pun tak terlewatkan dari bahan obrolan mereka, mulai dari pengalaman di bangku sekolah, teman-teman, hoby, pekerjaan sampai kisah asmara kedua pasangan masing-masing.
Sebuah opini klasik yang telah sekian lama sudah menjadi kesepakatan bersama bahwa perasaan cinta itu berawal dari pengalaman indera penglihatan (mata) lalu turun menyusup ke kedalaman relung hati yang terdalam kemudian terpancar kembali keluar diri menuju pribadi lain dengan sejulah perasaan yang diwakili sebuah perasaan yang bernama naksir. Ternyata argumen itu kini telah digeser keberadaannya. Kemajuan alat komunikasi telah mengaburkan eksistensinya. Ternyata perasaan cinta tak selamanya berawal dari pengalaman indera penglihatan tapi juga bermula dari sepasang organ tubuh manusia yang bernama telinga. Alat indera yang berperan sebagai indera pendengaran ini ternyata turut memberi andil dalam kisah awal perjalanan romantisme percintaan sepasang anak manusia dalam merajut benang asmara.
Demikianlah yang terjadi pada Estyn dan Ryan. Suara lembut dan indah yang dimiliki Estyn ternyata mampu meluluhlantakan ketegaran hati seorang Frater bernama Aryano. Komitmennya untuk tetap setia pada panggilannya seakan tercabik oleh karena suara itu. Akhirnya ia pun jatuh dan tenggelam dalam danau asmara yang pemiliknya adal seorang dara muda dari tanah Nagi bernama Estyn. Ryan jatuh cinta padanya. Estyn pun mengalami hal yang sama. Suara jejaka muda yang saban waktu terus menemani hari-hari sepinya itu ternyata mampu membuatnya tak berdaya. Akhirnya ia pun bertekuk lutut dan jatuh terkuali dalam pelukan pemilik suara itu. Estyn tertambak panah asmara  dan ia pun jatuh cinta pada Ryan.
Waktu terus bergulir, saat terus berganti. Seperti yang lazim dialami para darah mudah yang tengah terbakar api asmara, kedua musafir muda ini pun demikian. Bagi mereka berenang dalam lautan asmara untuk menikmati obrolan romantis adalah momen yang dinanti-nanti saban hari. Jarak, ruang dan waktu tak kuasa menepis romantisme percintaan mereka. Estyn yang berdomisili di ujung timur Nusa Bunga dan Ryan yang melalang buana di atas hamparan batu karang di Kota Kasih; jarak yang sejauh itu tidak menjadi masalah bagi mereka untuk membangun komitmen saling setia satu sama lain. Kesetiaan cinta mereka mampu dijembatani hanya dengan segenggam alat komunikasi yang dalam dunianya diberi nama handphone. Alat inilah yang menjadi sarana paling efektif bagi mereka tuk melepaskan rasa rindunya. Bagi mereka melewatkan saat dan menghabiskan waktu berjam-jam di samping produk yang dilahirkan di era post modern ini menjadi saat yang paling menyenangkan karena keduanya bisa mendengar dan memperdengarkan suara indahnya masing-masing untuk si dia yang dicintainya di pulau seberang. Alat ini pulalah yang menjadi perekat jalinan cinta mereka. Ia bagaikan cincin pertunangan yang menjadi saksi bisu ketulusan cinta kedua insan yang sedang dimabuk asmara ini.
Hari itu tanggal 14 Februari. Pada tanggal yang sama di tahun 269 M seorang Pastor dari Gereja Katolik yang bernama Valentinus dipenggal kepalanya demi mempertahankan eksistensi sebuah cinta sejati. Sang pahlawan cinta ini menghembuskan nafas terakhirnya di balik terali besi. Ia gugur sebagai pejuang kasih sayang yang semasa hidupnya dengan elegan menampilkan sesosok pribadi yang menegaskan bahwa arti sebuah cinta sejati mesti disokong dan kekuatannya tak kuasa dicederai oleh apa dan siapa pun. Oleh karena pengorbanannya inilah Pastor Valentinus dikenang sepanjang masa oleh segenap umat manusia di seluruh dunia. Maka jadilah setiap tanggal 14 Februari diperingati sebagai hari kasih sayang atau Valentine Day.
Bagi Ryan dan Estyn tanggal 14 Februari waktu itu merupakan hari valentine pertama sepanjang perjalan cinta mereka. Bagi banyak orang khususnya kaum muda hari ini adalah momen yang paling ditunggu-tinggu saban tahun. Pada hari ini mereka dapat mengekspresikan rasa kasih sayang kepada orang yang dicintainya dalam berbagai aksi : memberikan hadiah, merayakannya secara bersama-sama atau pergi berduaan ke tempat-tempat yang berhawa eksostis dan bernuansa romantis. Singkatnya di hari yang dikenal sebagai hari kasih sayang oleh umat manusia sejagat ini merupakan hari yang paling indah di antara 365 hari dalam tahun Masehi.
Namun, tidaklah demikian bagi Ryan. Di hari kasih sayang ini, ia harus menghadapi peristiwa yang tidak pernah didugai sebelumnya. Pada hari ini ia harus berhadapan dengan realita hidup yang terpaksa dialaminya belum pada waktunya. Valentine day yang menjadi hari penuh dengan kasih sayang berubah menjadi hari yang penuh dengan duka nestapa. Sepanjang hari ke empatbelas di bulan Februari itu telah menjadi hari kelabu yang diwarnai kemelut yang mengharu birukan sanubari. Bagi Ryan 14 Februari adalah detik terakhir masa hidupnya di dunia ini. Bagaimana tidak? Hari valentine telah merampas dan merenggut kebahagiaannya. Estyn yang selama ini telah dinobatkannya menjadi belahan jiwa dan cinta sejatinya kini harus meringkuk dalam pelukkan laki-laki lain. Harapannya untuk mendapatkan cinta Estyn kini pupus. Ryan patah hati. Mungkin bagi segelintir orang yang berada di luar konteks ini akan mempertanyakan kualitas pilihan hidup yang sedang dijalani Fr. Aryano saat ini. Bagaimana mungkin, seorang Frater bisa patah hati? Perlu disadari bahwa di dalam pribadi Fr. Aryano masih ada sesosok pribadi yang bernama Ryan yang dalam pribadi insaninya ia masih memiliki kebutuhan ragawi manusianya yaitu mencintai dan dicintai oleh seorang wanita. Ryan adalah seorang manusia laki-laki normal yang dalam dirinya dilengkapi sejumlah kebutuhan jasmani maupun rohani. Pengalaman patah hati yang dialaminya adalah bukti bahwa kekuatan cinta yang belasan abad silam diperjuangkan sang pahlawan cinta, Pastor Valentinus hingga kini di era kontemporer yang doyan mendewakan kenikmatan-kenikmatan semu ini, ia masih layak diperjuanhkan. Kekuatan cinta menjadi milik siapa saja dari berbagai usia dan beragam profesi manusia yang pernah terlahir di planet ini. Fr. Aryano adalah salah seorang dari sekian banyak orang pilihan Allah yang memiliki pengalaman ini. Baginya pengalaman ini adalah “salib” yang harus dipikulnya dalam perjalanan hidup menemui DIA yang telah memanggilnya.
Dan untuk mengakhiri semua cerita indah tentang cintanya bersama Estyn, Ryan pun menulis sehelai surat untuk Estyn yang akan menjadi mantan kekasihnya yang kini cintanya telah tertambat di bilik hati pemuda lain. Isi suratnya itu adalah sebagai berikut:
Estyn cintaku,
Sejak awal kita berkenalan aku langsung mengalami sesuatu yang tak lazin dalam alam perasaanku. Kau pun mengalami hal yang sama. Mungkin orang akan berkata bahwa kita adalah manusia-manusia yang menjadi korban kemajuan teknologi saat ini. Tapi kita tak peduli. Yang terpenting bagi kita adalah kita sama-sama memiliki rasa itu. Dan walaupun relasi persahabatan kita hanya mampu dijembatani oleh segenggam alat teknologi yang bernama HP, tapi kita cukup bahagia dengan semua itu. Suara indah yang saban waktu terus kita perdengarkan mampu membawa kita ke kedalaman inti perasaan manusiawi kita. Kau dan aku telah melewati koridor persahabatan yang ketika tiba saatnya memaksa kita berhenti pada suatu titik muara. Dan pada titik itulah kita tak kuasa lagi meneruskan relasi itu. Kau dan aku pun sepakat tuk mengubah predikat relasi kita dari sepasang sahabat menjadi sepasang kekasih. Sejak saat itu kau adalah kekasihku dan aku adalah cintamu. Semua itu terjadi karena kita telah memiki rasa yang sama yaitu cinta. Aku mencintaimu dan kau pun sebaliknya. Bagimu rasa itu kini telah menjadi cerita lama yang kau namakan nostalgia. Karena kau telah memiliki pujaan hatimu pengganti diriku. Namun, tidaklah demikian bagiku. Aku adalah Ryan yang pada jalur kehidupan masa lalumu pernah menjadi seseorang yang kau sebut sebagai sahabat dan kekasihmu. Aku adalah Ryan yang sedari dulu sangat menyayangi dan mencintaimu. Dan rasa itu hingga kini tak pernah berubah. Kau tetaplah menjadi wanita yang sangat kucintai sampai detik ini dan mungkin hingga di penghunjung usiaku. Karena sejak rasa itu hadir dalam relung sanubariku aku telah berjanji tak akan menduakan cintaku dengan mencintai wanita lain selain dirimu kecuali aku berpaling darimu tuk menggapai cinta suciku yaitu panggilan hidupku. Aku yakin bahwa di kedalaman inti perasaanmu nama Ryan yang juga kau kenal sebagai Fr. Aryano masih terlukis indah berhiaskan mutiara cinta yang dulu pernah kau berikan padaku. Tetapi aku tak pernah memaksakan bahwa nama itu harus dan tetap ada dalam dirimu. Biarkan dia berlalu bersama perasaanmu yang kini telah menjadi sebuah kenangan.
Estyn cintaku,
Di hari yang penuh kilau gemerlap oleh mekaran mawar yang oleh para pemuja cinta menjadikannya sebagai simbol cinta ini, mengapa kau nodai dengan ketegaan hatimu yang dengan congkak mencampakkan perasaanku? Mengapa di hari yang dibingkai mawar  kasih sayang ini, kau kaluti dengan kemelut perasaanmu yang kian gundah gulana?  Apakah aku yang adalah seorang Frater bersalah jika memilih untuk mencintai wanita sepertimu? Dimanakah cinta dan kasih sayang yang dulu pernah kau perdengarkan di telingaku? Apakah semua rasa yang telah kita rajuti bersama ketika kau masih bersanding denganku selama ini harus sirna oleh setitik cinta yang kau dapati dari pemuda pilihan itu….
Estyn cintaku,
Sampai detik ini pun aku belum bisa menerima kenyataan ini. Aku belum sanggup menghadapi kenyataan bahwa aku harus kehilangan dirimu. Bukan karena aku tak setia lagi pada komitmenku dulu untuk tetap berjuang mempertahankan kesucian panggilan hidupku, tetapi kehadiranmu dalam menapaki jalan hidupku yang adalah semangat dan kekuatanku, mengapa aku harus kehilangan semua itu sebelum waktunya. Aku masih membutuhkanmu tuk menemaniku melewati liku-liku jalanku yang penuh dengan onak dan duri. Aku merasa dikuatkan karena pilihan hidupku didukung oleh orang yang sangat kucintai. Sejak awal kita berkenalan aku telah menyadari bahwa pada saatnya nanti aku akan kehingan dirimu, karena kau harus pergi dari kehidupanku untuk mendampingi seorang laki-laki yang menjadi suamimu. Tapi bukan sekarang, ketika dukungan dan cintamu yang adalah kekuatanku masih sangat kubutuhkan. Namun, jika semua ini adalah keputusan yang bisa membuamu bahagia, kumohon perkenankan aku untuk boleh mencintai dirimu dan memahat namamu di lubuk hatiku untuk selamanya walaupun kita tak pernah menyatu untuk saling memiliki. Karena cinta tak selamanya harus memiliki. Dan mulai saat ini lupakan dan hapuslah nama Ryan dari kehidupanmu dan gantilah dia dengan Fr. Aryano. Terimalah aku sebagai seorang biarawan dan… panggilah aku FRATER!!!

cerita ini dijiplak dari catatan harianku
sebuah kisah nyata

  Bukit Oesapa Kota Kasih (Kupang),
14 Februari 2009

walter odja arryano





Comments
0 Comments