“Anak-anak,
kalian tahu binatang kecoak, kan?”
Tanya seorang frater, guru agama di sebuah SD, mengawali pengajarannya suatu
hari. Anak-anak menjawab “iya” sambil mengangguk, merespon pertanyaan sang
guru. Kemudian dia melanjutkan pertanyaannya, “apa yang kalian lakukan apabila
kalian melihat kecoak dalam posisi badannya terbuka, kakinya bergerak-gerak
berusaha membalikkan badannya?”
Pertanyaan
kedua dari frater muda itu mereduksi semangat anak-anak yang selalu antusias
dengan pelajaran guru berjubah putih ini. Apa hubungannya? Sebagian anak kelihatan
tidak tertarik. Demi pelajaran agar tetap berjalan, anak-anak menjawab saja
sesuai pengalaman masing-masing. Ada yang lari terbirit-birit, berteriak
ketakutan karena fobia terhadap binatang itu. Ada yang cuek saja. Ada pula yang
menendang atau menginjaknya. Tak ada satu pun jawaban yang diharapkan. Apakah
memang demikian ataukah ada yang belum berani mengungkapkannya. Sang frater
meneruskan pelajaran.
Waktu
istirahat. Tiba-tiba di salah satu pojok sekolah rusuh. Terdengar suara jeritan
seorang anak puteri. Rani, anak pendiam itu ternyata fobia terhadap kecoak. Ia
berteriak ketakutan karena tak sengaja berdiri tepat di sebelah seekor kecoak
yang menggerak-gerakkan kaki, berusaha membalikkan badannya. Sejurus kemudian,
Rian, seorang anak lelaki yang paling antusias dalam pelajaran agama tadi
tampil menyelamatkan binatang itu sebelum anak lain membunuhnya. “Ooo…, jadi
kamu mau jadi santo sama seperti cerita frater tadi di kelas, yah?” Goda
seorang temannya. “Cieeee, calon santo nih!” Sambung yang lain ikut menggoda.
“Sebelum frater bercerita tentang santo pencinta binatang itu, aku sudah
mempunyai kebiasaan seperti ini. Ayahku selalu bilang, semua yang ada di dunia
ini adalah ciptaan Tuhan yang harus dihargai. Kita tidak boleh sembarang
membunuhnya. Apa pun itu bahkan terhadap seekor kecoak yang kotor, jijik dan
berbau busuk ini,” katanya tegas membungkam mulut teman-temannya. Percakapan
itu disaksikan oleh sang frater, guru agama tadi. Matanya seketika bercahaya.
“Ternyata ada muridku yang memiliki jawaban sesuai harapanku,” gumamnya bangga.
Malang, Juli 2017
Walter Arryano