Sunday, 6 August 2017

Jawaban yang Diharapkan

“Anak-anak, kalian tahu binatang kecoak, kan?” Tanya seorang frater, guru agama di sebuah SD, mengawali pengajarannya suatu hari. Anak-anak menjawab “iya” sambil mengangguk, merespon pertanyaan sang guru. Kemudian dia melanjutkan pertanyaannya, “apa yang kalian lakukan apabila kalian melihat kecoak dalam posisi badannya terbuka, kakinya bergerak-gerak berusaha membalikkan badannya?”
Pertanyaan kedua dari frater muda itu mereduksi semangat anak-anak yang selalu antusias dengan pelajaran guru berjubah putih ini. Apa hubungannya? Sebagian anak kelihatan tidak tertarik. Demi pelajaran agar tetap berjalan, anak-anak menjawab saja sesuai pengalaman masing-masing. Ada yang lari terbirit-birit, berteriak ketakutan karena fobia terhadap binatang itu. Ada yang cuek saja. Ada pula yang menendang atau menginjaknya. Tak ada satu pun jawaban yang diharapkan. Apakah memang demikian ataukah ada yang belum berani mengungkapkannya. Sang frater meneruskan pelajaran.
Waktu istirahat. Tiba-tiba di salah satu pojok sekolah rusuh. Terdengar suara jeritan seorang anak puteri. Rani, anak pendiam itu ternyata fobia terhadap kecoak. Ia berteriak ketakutan karena tak sengaja berdiri tepat di sebelah seekor kecoak yang menggerak-gerakkan kaki, berusaha membalikkan badannya. Sejurus kemudian, Rian, seorang anak lelaki yang paling antusias dalam pelajaran agama tadi tampil menyelamatkan binatang itu sebelum anak lain membunuhnya. “Ooo…, jadi kamu mau jadi santo sama seperti cerita frater tadi di kelas, yah?” Goda seorang temannya. “Cieeee, calon santo nih!” Sambung yang lain ikut menggoda. “Sebelum frater bercerita tentang santo pencinta binatang itu, aku sudah mempunyai kebiasaan seperti ini. Ayahku selalu bilang, semua yang ada di dunia ini adalah ciptaan Tuhan yang harus dihargai. Kita tidak boleh sembarang membunuhnya. Apa pun itu bahkan terhadap seekor kecoak yang kotor, jijik dan berbau busuk ini,” katanya tegas membungkam mulut teman-temannya. Percakapan itu disaksikan oleh sang frater, guru agama tadi. Matanya seketika bercahaya. “Ternyata ada muridku yang memiliki jawaban sesuai harapanku,” gumamnya bangga.
  
Malang, Juli 2017
Walter Arryano
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment