Namaku Maria. Aku berasal dari sebuah kota perdagangan bernama Magdala. Aku
adalah perempuan terkenal. Bukan karena kepandaian, cara hidup, dan
kesalehanku, tetapi aku terkenal berkat kemolekan tubuh yang kumiliki. Aku adalah
seorang petualang cinta yang berkelana dari satu lelaki ke lelaki lain untuk menjajakan
keindahan tubuhku.
Hingga hari itu tiba. Hari ternahas dalam hidupku. Aku tertangkap basah
sedang menjalani “profesi” kelam itu. Aku kedapatan berzinah. Menurut hukum
yang berlaku, warisan nenek moyangku, aku harus dilempari batu. Tetapi Lelaki
itu menyelamatkanku. Dialah yang membebaskan aku dari ancaman maut itu hanya
dengan sebuah kalimat pendek. Sederetan kata-kata penuh wibawa yang mampu
membuat sekelompok orang batal merajamiku dan pergi satu per satu, mulai dari
yang tertua. Siapa Lelaki ini, yang memiliki nyali hebat, bisa menghadapi
kekejaman para pemimpin agamaku hanya dengan sepotong kata-kata yang aku sungguh
belum mengerti?
“Akupun
tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari
sekarang." Lelaki itu berkata kepadaku. Dia mengatakannya
dengan tulus. Cahaya pengampunan merona di wajah Lelaki itu. Tatapan yang
lembut, indah, dan penuh belas kasih itu membuat aku tak berdaya. Aku jatuh
cinta pada Lelaki itu. Mulai saat itu, hidupku berpaling. Aku merasa dilahirkan
kembali menjadi manusia baru, meninggalkan jejak-jejak kekelaman masa laluku.
Hidupku berubah total, dari seorang perempuan jalanan menjadi wanita saleh yang
selalu mengikuti kemana pun Lelaki itu pergi. Bahkan di sepajang jalan pengorbanan
sampai akhir hayat, di bawah kaki salib Lelaki itu, aku terus mengikuti dan berada
di sana menyaksikan penderitaan yang mahahebat itu dengan mata kepalaku sendiri.
Kecintaanku pada Lelaki itu berbuah manis. Aku menjadi wanita pertama yang
melihat Dia di hari kebangkitan-Nya. Pengalaman apa yang paling menggembirakan dari
seorang mantan perempuan pendosa selain menjadi orang pertama yang melihat
Tuhan yang bangkit?
Malang, 22 Juli 2017
Pada Pesta Santa Maria Magdalena
Walter Arryano