Ini hari pertama masuk sekolah setelah hampir sebulan liburan panjang akhir
tahun pelajaran. Anak-anak dengan wajah gembira dan langkah gagah memasuki
halaman sekolah. Rona sumringah mereka menyambut adik-adik, murid baru yang
lucu-lucu dan imut-imut. Senang bertemu lagi dengan teman-teman lama yang sudah
lama tak bersua.
Pada hari keempat di tahun ajaran baru itu, kelas 4B ada pelajaran
bahasa Inggris. Pak guru mengajak anak-anak di pertemuan pertama ini untuk
menulis 10 kata yang berkaitan dengan liburan. Lalu membuat kalimat sederhana
menggunakan kata-kata itu. Misalnya, On
my holiday, I went to Yogyakarta to visit my grandparents. Anak-anak
antusias. Rupanya materi pembelajaran tersebut mengakomodasi cerita hebat
tentang momen liburan mereka tahun ini.
Namanya Natalia. Seorang anak puteri yang agak pendiam dan kurang
percaya diri. Sepertinya dia tidak tertarik dengan tema pelajaran itu. Ekspresi
wajahnya datar. Tatapannya redup, kurang antusias. Pak guru mendekat, bilang
satu dua kalimat dukungan. Dia mengenal anak itu dengan baik. Ada “sesuatu”
yang sudah dipahaminya tentang muridnya yang satu itu. I spent all my times on holiday with my parents at our sweet home.
Itu adalah kalimat indah buatan Natalia. Bukan hanya dalam susunan kata yang
teratur dan benar menurut grammar
tapi realita di balik kalimat hebat itu. Mata pak guru berkaca sesaat setelah suara
lantang penuh bangga terlontar dari mulut Natalia. Kalimat hebat itu mengudara,
memenuhi sudut-sudut ruang kelas 4B. Sebuah kalimat indah dari seorang anak
panti asuhan.
Malang, 20 Juli 2017
Walter Arryano