Namanya frater
Kevin. Dia adalah seorang frater muda kelahiran Ende, Flores, NTT yang saat ini
berdomisili di kota Malang, Jawa Timur. Sejak Juli 2016, dia bersama delapan
orang teman angkatannya berada di kota dingin nan sejuk ini untuk menjalani
masa formasio menjadi anggota sebuah tarekat religius. Mulai Juli tahun ini,
mereka menyebar ke biara-biara kongregasinya untuk hidup dan mengalami secara
langsung dinamika kehidupan real komunitas biara dan karya pelayanannya.
Program kegiatan yang disebut dengan stage
ini merupakan tahapan pembinaan sebelum mereka benar-benar siap dan mantap
untuk menjadi seorang frater. Sejak dua bulan yang lalu, fr. Kevin bergabung
bersama kami di sekolah yang menjadi salah satu unit karya tarekatnya ini.
Ini adalah
hari terakhir kebersamaan kami di sekolah ini. Masa stage fr. Kevin sudah berakhir. Bersama teman-teman angkatannya,
dia akan kembali ke novisiat, tempat di mana selama ini mereka tinggal dan
menjalani masa pendidikan dan pembinaan untuk menjadi seorang biarawan
tersebut. Waktunya memang hanya dua bulan di tempat kami, tetapi dia sudah
mampu memberikan kesan at home di
hati putra-putri, peserta didik di sekolah ini secara umum dan murid-murid
kelas 1A secara khusus. Salah seorang murid itu adalah Clara. Murid cantik
bertubuh proposional ini terkenal dengan cerewetnya dan agak tomboi. Hal itulah
yang menyebabkan Clara sering mendapat perhatian ekstra dari "guru praktek"
ini. Seringkali fr. Kevin meneriakinya agar kelas berjalan tertib selama
pelajaran berlangsung. Mungkin hal inilah yang membuat frater yang berstatus
sebagai novis ini menjadi "istimewa" bagi Clara.
Seremoni
perpisahan berlangsung lancar. Acara singkat yang diadakan untuk
melepas-pergikan fr. Kevin berjalan baik. Penyampaian pesan dan kesan oleh
frater bertubuh langsing di hadapan seluruh peserta didik itu sejenak terjadi,
kemudian disusul sambutan singkat oleh pimpinan sekolah. Walaupun terlihat
sederhana tetapi cukup memberi makna bagi perjalanan hidup panggilannya. Pihak
sekolah melalui seluruh warganya memberi salam perpisahan sekaligus doa dan
dukungan bagi kesetiaan calon frater ini. "Heiiii, anak siapa itu yang nangis?" teriak seorang ibu,
menggoda putrinya sendiri yang saat itu menangis sembari memeluk seorang guru
berjubah putih. Anak itu adalah si cantik Clara yang tidak ingin berpisah dari
fraternya, padahal waktu sekolah sudah usai dan ibunya sudah datang menjemputnya.
Sang ibu berusaha membujuk putrinya dan berjanji akan menemani dia mengujungi
fr. Kevin suatu hari nanti. Perpisahan yang memilukan hati itu terjadi di depan
mataku, frater senior yang hampir tiga tahun menyandang predikat guru bagi
anak-anak di SD ini. Aku terkesan dengan kejadian sederhana yang melibatkan
seorang frater novis yang berada jauh di bawahku baik dari segi usia maupun
masa hidup membiaranya. "Terima kasih, saudaraku. Frater telah memberi
contoh bagaimana menjadi seorang guru dan frater yang dicintai
murid-muridnya," kata batinku dalam diamnya. Setitik rinai membentur di
lantai paving halaman sekolah. Hujan segera tiba. Sebelum hujan haru atas
teladan hebat di hadapanku ini membanjiri bola mataku, aku mengayunkan langkah
membiarkan fr. Kevin dan Clara mengakhiri kebersamaan mereka di siang yang
semakin remang itu.
Malang, 2.12.17
sang tenang