Saturday, 2 December 2017

MURID CANTIK BERNAMA CLARA

Namanya frater Kevin. Dia adalah seorang frater muda kelahiran Ende, Flores, NTT yang saat ini berdomisili di kota Malang, Jawa Timur. Sejak Juli 2016, dia bersama delapan orang teman angkatannya berada di kota dingin nan sejuk ini untuk menjalani masa formasio menjadi anggota sebuah tarekat religius. Mulai Juli tahun ini, mereka menyebar ke biara-biara kongregasinya untuk hidup dan mengalami secara langsung dinamika kehidupan real komunitas biara dan karya pelayanannya. Program kegiatan yang disebut dengan stage ini merupakan tahapan pembinaan sebelum mereka benar-benar siap dan mantap untuk menjadi seorang frater. Sejak dua bulan yang lalu, fr. Kevin bergabung bersama kami di sekolah yang menjadi salah satu unit karya tarekatnya ini.
Ini adalah hari terakhir kebersamaan kami di sekolah ini. Masa stage fr. Kevin sudah berakhir. Bersama teman-teman angkatannya, dia akan kembali ke novisiat, tempat di mana selama ini mereka tinggal dan menjalani masa pendidikan dan pembinaan untuk menjadi seorang biarawan tersebut. Waktunya memang hanya dua bulan di tempat kami, tetapi dia sudah mampu memberikan kesan at home di hati putra-putri, peserta didik di sekolah ini secara umum dan murid-murid kelas 1A secara khusus. Salah seorang murid itu adalah Clara. Murid cantik bertubuh proposional ini terkenal dengan cerewetnya dan agak tomboi. Hal itulah yang menyebabkan Clara sering mendapat perhatian ekstra dari "guru praktek" ini. Seringkali fr. Kevin meneriakinya agar kelas berjalan tertib selama pelajaran berlangsung. Mungkin hal inilah yang membuat frater yang berstatus sebagai novis ini menjadi "istimewa" bagi Clara.
Seremoni perpisahan berlangsung lancar. Acara singkat yang diadakan untuk melepas-pergikan fr. Kevin berjalan baik. Penyampaian pesan dan kesan oleh frater bertubuh langsing di hadapan seluruh peserta didik itu sejenak terjadi, kemudian disusul sambutan singkat oleh pimpinan sekolah. Walaupun terlihat sederhana tetapi cukup memberi makna bagi perjalanan hidup panggilannya. Pihak sekolah melalui seluruh warganya memberi salam perpisahan sekaligus doa dan dukungan bagi kesetiaan calon frater ini. "Heiiii, anak siapa itu yang nangis?" teriak seorang ibu, menggoda putrinya sendiri yang saat itu menangis sembari memeluk seorang guru berjubah putih. Anak itu adalah si cantik Clara yang tidak ingin berpisah dari fraternya, padahal waktu sekolah sudah usai dan ibunya sudah datang menjemputnya. Sang ibu berusaha membujuk putrinya dan berjanji akan menemani dia mengujungi fr. Kevin suatu hari nanti. Perpisahan yang memilukan hati itu terjadi di depan mataku, frater senior yang hampir tiga tahun menyandang predikat guru bagi anak-anak di SD ini. Aku terkesan dengan kejadian sederhana yang melibatkan seorang frater novis yang berada jauh di bawahku baik dari segi usia maupun masa hidup membiaranya. "Terima kasih, saudaraku. Frater telah memberi contoh bagaimana menjadi seorang guru dan frater yang dicintai murid-muridnya," kata batinku dalam diamnya. Setitik rinai membentur di lantai paving halaman sekolah. Hujan segera tiba. Sebelum hujan haru atas teladan hebat di hadapanku ini membanjiri bola mataku, aku mengayunkan langkah membiarkan fr. Kevin dan Clara mengakhiri kebersamaan mereka di siang yang semakin remang itu.

Malang, 2.12.17
sang tenang
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment