Thursday, 21 December 2017

YUBILARIS DALAM KENANGAN

Hari ini Frater M. Bartholomeus, BHK merayakan 50 tahun membiara dalam Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus. Profisiat dan selamat berbahagia!

Pada 2005-2007, sekitar 12 tahun lalu, saya berjumpa pertama kali dengan beliau di Novisiat Malang. Selama dua tahun saya sebagai novis, beliau turut membantu sebagai pengajar dan staf formator. Beliau mendampingi kami melalui pelajaran Dinamika Hidup Doa dengan properti yang biasa dipakai untuk praktek berdoa yaitu dengklik. Saya masih ingat dengan sangat baik rupa dan cara menggunakannya. Berdasarkan ingatan saya, ada dua pengalaman yang masih terekam dengan baik dalam memori saya.

Pertama, saat kami dituntun untuk merenungkan siapa saja yang turut membantu perjalanan panggilan kami masing-masing. Saat itu saya disadarkan bahwa ternyata Tuhan memanggil saya melalui seorang teman. Dia adalah teman SD saya yang sering tidak cocok dengan saya. Kelas 6 SD kami satu sekolah, waktu SMP lain sekolah, dan kami bersama lagi waktu di SMAK Frateran Ndao. Cerita selanjutnya tentang perjalanan panggilan saya justru bermula dari teman yang menjadi musuh masa kecilku ini. Saya mengenal frater BHK melaluinya. Kami sempat bersama sekitar 6 bulan di Postulat Maumere. Setelah itu dia pulang dan saya melanjutkan pilihan hidup sebagai seorang frater BHK sampai hari ini. Dia seperti Yohanes Pembaptis yang membawa saya ke jalan panggilan ini, setelah itu dia mundur dan biarkan saya terus melangkah. Kesadaran ini saya alami waktu di Novisiat saat renungan yang dipimpin oleh fr. Barth.

Kedua, saat kami dituntun untuk merenungkan sebuah lagu yang berjudul Kutak Dapat Berjalan Sendiri. Lagu itu dipedengarkan kepada kami. Lalu kami disuruh berjalan dengan kedua mata ditutup sapu tangan mengelilingi kelas, tempat latihan rohani itu dilakukan. Lagu masih di pertengahan tiba-tiba air mata saya tak kuasa terbendung lagi. Saya membayangkan apa jadinya kalau hidup saya tanpa indera penglihatan. Sejak lahir sampai hari ini, saya hidup dengan satu mata yang berfungsi secara normal. Sebelah kirinya tidak bisa melihat dengan baik. Tetapi saya masih bisa melihat dunia ini dengan segala keindahannya. Saya masih lebih beruntung dibandingkan dengan mereka yang sungguh tak dapat melihat. Sejak saat itu saya belajar menerima diri. Saya merasa lebih bersyukur dengan keadaan diri saya. Orang yang berperan di balik pengalaman saya ini adalah fr. Barth.

Untuk itu, di hari istimewa dalam perjalanan hidup panggilannya sebagai Frater BHK, sekali lagi saya mengucapkan selamat berbahagia. Terima kasih atas teladan kesetiaan yang telah diberikan kepada kami yang sedang berjuang dalam komunitas persaudaraan ini. Tetap sehat dan semoga selalu gembira menikmati masa senja ini.

Malang, 21-12-17
Walter Arryano
sang tenang
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment