Hari ini Frater M. Bartholomeus, BHK merayakan 50 tahun membiara dalam
Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus. Profisiat dan selamat berbahagia!
Pada 2005-2007, sekitar 12 tahun lalu, saya berjumpa pertama kali dengan
beliau di Novisiat Malang. Selama dua tahun saya sebagai novis, beliau turut membantu
sebagai pengajar dan staf formator. Beliau mendampingi kami melalui pelajaran
Dinamika Hidup Doa dengan properti yang biasa dipakai untuk praktek berdoa
yaitu dengklik. Saya masih ingat dengan sangat baik rupa dan cara
menggunakannya. Berdasarkan ingatan saya, ada dua pengalaman yang masih terekam
dengan baik dalam memori saya.
Pertama, saat kami dituntun untuk merenungkan siapa saja yang turut
membantu perjalanan panggilan kami masing-masing. Saat itu saya disadarkan
bahwa ternyata Tuhan memanggil saya melalui seorang teman. Dia adalah teman SD
saya yang sering tidak cocok dengan saya. Kelas 6 SD kami satu sekolah, waktu
SMP lain sekolah, dan kami bersama lagi waktu di SMAK Frateran Ndao. Cerita
selanjutnya tentang perjalanan panggilan saya justru bermula dari teman yang
menjadi musuh masa kecilku ini. Saya mengenal frater BHK melaluinya. Kami
sempat bersama sekitar 6 bulan di Postulat Maumere. Setelah itu dia pulang dan
saya melanjutkan pilihan hidup sebagai seorang frater BHK sampai hari ini. Dia
seperti Yohanes Pembaptis yang membawa saya ke jalan panggilan ini, setelah itu
dia mundur dan biarkan saya terus melangkah. Kesadaran ini saya alami waktu di
Novisiat saat renungan yang dipimpin oleh fr. Barth.
Kedua, saat kami dituntun untuk merenungkan sebuah lagu yang berjudul Kutak
Dapat Berjalan Sendiri. Lagu itu dipedengarkan kepada kami. Lalu kami disuruh
berjalan dengan kedua mata ditutup sapu tangan mengelilingi kelas, tempat
latihan rohani itu dilakukan. Lagu masih di pertengahan tiba-tiba air mata saya
tak kuasa terbendung lagi. Saya membayangkan apa jadinya kalau hidup saya tanpa
indera penglihatan. Sejak lahir sampai hari ini, saya hidup dengan satu mata
yang berfungsi secara normal. Sebelah kirinya tidak bisa melihat dengan baik.
Tetapi saya masih bisa melihat dunia ini dengan segala keindahannya. Saya masih
lebih beruntung dibandingkan dengan mereka yang sungguh tak dapat melihat.
Sejak saat itu saya belajar menerima diri. Saya merasa lebih bersyukur dengan
keadaan diri saya. Orang yang berperan di balik pengalaman saya ini adalah fr.
Barth.
Untuk itu, di hari istimewa dalam perjalanan hidup panggilannya sebagai
Frater BHK, sekali lagi saya mengucapkan selamat berbahagia. Terima kasih atas
teladan kesetiaan yang telah diberikan kepada kami yang sedang berjuang dalam
komunitas persaudaraan ini. Tetap sehat dan semoga selalu gembira menikmati
masa senja ini.
Malang, 21-12-17
Walter Arryano
sang tenang