Sunday, 31 December 2017

PEWAKTU

Tik tok tik tok
Tik tok tik tok
Selalu bergerak
Terus berdetak

Derak langkahnya memutari cakrawala
Jejak jemarinya menelusuri masa
Berjalan dalam pusara zaman
Menyusur di sepanjang peradaban

Merenda selaksa jingga di langit pagi
Menjuntai takzim pada rona lembayung di ujung hari
Merajut kisah bersama bias cahaya di kaki purnama
Menjumput hikmah pada pijar bebintang di angkasa

Mencicipi lezatnya sukacita
Menyibak pilunya dukacita
Menemani berbagai berita
Melakoni beribu-ribu cerita

Tik tok tik tok
Tik tok tik tok
Dalam kesendirian ia bersuara
Pewaktu yang terus berbicara.

***
Malang, 31.12.2017
sang tenang
Readmore → PEWAKTU

Sunday, 24 December 2017

NYANYIAN HATI DI MALAM KUDUS

Hari ini, 24 Desember 2017, di Frateran Celaket 21 Malang, kami merayakan HUT frater Fransisikus dengan makan siang bersama. Di tengah menikmati santapan jasmani dalam suasana persaudaraan itu, seorang konfrater berkomentar soal misa malam Natal nanti. Tentang posisi yang perlu diperhatikan. Maksudnya, harus datang lebih awal agar bisa duduk di dalam gereja saat mengikuti misa, bukan di luar karena gereja sudah penuh.
Menanggapi komentar itu, saya memberi respon bahwa yang paling penting dalam mengikuti misa bukan tentang posisi duduk tetapi soal "posisi" hati. Ini soal keberadaan hati atau fokus dan perhatian selama mengikuti misa. Bisa saja seseorang duduk di dalam gereja tapi hatinya melalang buana ke mana-mana. Atau sebaliknya, dia duduk di luar tetapi dengan tekun mengikuti misa. Jadi poinnya bukan tentang tempat duduk tetapi di mana hati kita ditempatkan selama misa berlangsung.
Untuk menindaklanjuti soal itu, pukul 18.00 saya sudah berjubah lengkap hendak menuju gereja Katedral Malang untuk mengikuti misa ke-2 malam Natal yang dimulai pada pukul 19.00. Satu jam lebih dahulu saya sudah siap agar bisa mendapatkan tempat duduk di dalam gereja. Itu rencana saya. Namun, di depan kamar, saya bertemu seorang frater yang mau ke gereja juga. Tetapi dia akan misa malam Natal di sebuah kapel stasi. Saat diajak, saya turuti saja dia. Sepertinya menarik suasana di sana, demikian batin saya. Itu juga yang menjadi alasan saya mau ke kapel kecil di pinggir kota Malang itu. Jadilah malam Natal 2017 ini saya mengikuti misa di Kapel Stasi St. Theresia Lisieux, Gempol Marga Bakti, Sukun, Malang.
Suasananya memang tenang. Dekorasi dengan ornamen-ornamen Natal yang sederhana. Tidak ada hingar bingar lampu seperti di gereja-gereja besar. Anggota koor membawakan lagu dengan baik dan indah didengar. Pastor pemimpin misa kudus menjalankan tugasnya dengan kalem dan membawa homili yang sederhana dan mudah dicerna. Umat-umat berpenampilan sederhana dengan khusyuk mengikuti misa. "Dia yang memiliki segalanya dilahirkan di tempat yang sederhana," demikian kata sang imam sungguh senada dengan suasana di kapel kecil pada malam Natal ini.
Misa malam Natal di stasi dari paroki Hati Kudus Yesus Kayutangan Malang ini sungguh membuat saya menikmati suasananya dan turut membantu saya untuk menempatkan hati sesuai posisi yang semestinya.
Selamat Natal 2017. Damai dan Sukacita Kristus menyertai kita. Amin.

Malang, 24.12.17
Walter Arryano
sang tenang
Readmore → NYANYIAN HATI DI MALAM KUDUS

Friday, 22 December 2017

MERAYAKAN HARI IBU

Selama 2011-2015, setiap merayakan Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember, ternyata saya selalu memposting status di wall facebook saya:

2015
Untuk seorang perempuan yang rahimnya pernah kusinggahi, kukirimkan doa untuk ketenangan jiwamu, rindu untuk semua cerita tentang kita, dan salam baktiku bagi cinta luhur nan abadi pemberianmu.
Semoga bahagiamu abadi bersama Dia yang mengasihimu di surga-Nya.

#rindumama
***

2014
Dan ketika semua lidah mengakui bahwa ibu adalah wanita terhebat,
hatiku terenyuh manatap langit. Seutas tanya bernada protes pun terlontar, "Sungguhkah kau wanita terhebat, ibu?"
Entah apa pun jawabannya.
Yang kutahu bahwa ibu adalah malaikat yang setia menunggu kami di atas sana.

Tuhan, sampaikan salam sayang dan rindu kami untuk mama di surga.
***

2013
Karena membaca surat-surat Cinta untuk Ibu di koran Jawa Pos, jadi kangen ibuku di surga.

Ma,  apa kabar?
Baik-baik saja kan di sana?

Ma, kalau boleh sekali aja datang dalam mimpiku.
Aku hanya mau mengatakan ini, "aku rindu memeluk dan dipeluk mama".
Tapi jika Tuhan tidak mengijinkan mama,  biarlah rasa rindu ini menjadi doaku buat mama seperti mama yang tak kunjung henti berdoa buat kami, anak-anak mama.

Salam sayang dan rinduku buat mama.
***

2012
Selamat hari ibu untuk mama di surga.

Baik-baik yah, ma.
Salam rindu dan doaku.
***

2011
Kasih ibu sejauh cintanya.
Selamat hari ibu.
***

Tahun ini saya menulis 10 HAIKU dengan kata kunci HARI IBU:

#1
seuntai doa
terucap di pusara
di hari ibu
#2
pigura ibu
retak di hari ibu
kisah yang sedih
#3
di hari ibu
menuju pemakaman
membawa rindu
#4
derak sepeda
bawa kabar gembira
di hari ibu
#5
di foto usang
tertulis hari ibu
kenangan indah
#6
di hari ibu
roda keliling panti
bakti sang anak
#7
sebuket mawar
mekar di hari ibu
bingkisan cinta
#8
semerbak bunga
harum di pemakaman
di hari ibu
#9
cahaya lilin
terang di hari ibu
ibadat arwah
#10
tangan mengatup
sungkem di hari ibu
hormat ananda

Haiku-haiku itu saya tulis sebagian besar berangkat dari pengalaman pribadi. Sejak 17/12 sampai hari ini, ada lebih dari seribu haiku tentang ibu yang diposting di grup NEWHAIKU, 10 di antaranya merupakan karya saya. Luar biasa responsnya.

Tentang IBU, selalu ada inspirasi untuk ditulis dan diceritakan!

Malang, 22 Desember 2017
Di Hari Ibu
Walter Arryano
sang tenang
Readmore → MERAYAKAN HARI IBU

Thursday, 21 December 2017

YUBILARIS DALAM KENANGAN

Hari ini Frater M. Bartholomeus, BHK merayakan 50 tahun membiara dalam Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus. Profisiat dan selamat berbahagia!

Pada 2005-2007, sekitar 12 tahun lalu, saya berjumpa pertama kali dengan beliau di Novisiat Malang. Selama dua tahun saya sebagai novis, beliau turut membantu sebagai pengajar dan staf formator. Beliau mendampingi kami melalui pelajaran Dinamika Hidup Doa dengan properti yang biasa dipakai untuk praktek berdoa yaitu dengklik. Saya masih ingat dengan sangat baik rupa dan cara menggunakannya. Berdasarkan ingatan saya, ada dua pengalaman yang masih terekam dengan baik dalam memori saya.

Pertama, saat kami dituntun untuk merenungkan siapa saja yang turut membantu perjalanan panggilan kami masing-masing. Saat itu saya disadarkan bahwa ternyata Tuhan memanggil saya melalui seorang teman. Dia adalah teman SD saya yang sering tidak cocok dengan saya. Kelas 6 SD kami satu sekolah, waktu SMP lain sekolah, dan kami bersama lagi waktu di SMAK Frateran Ndao. Cerita selanjutnya tentang perjalanan panggilan saya justru bermula dari teman yang menjadi musuh masa kecilku ini. Saya mengenal frater BHK melaluinya. Kami sempat bersama sekitar 6 bulan di Postulat Maumere. Setelah itu dia pulang dan saya melanjutkan pilihan hidup sebagai seorang frater BHK sampai hari ini. Dia seperti Yohanes Pembaptis yang membawa saya ke jalan panggilan ini, setelah itu dia mundur dan biarkan saya terus melangkah. Kesadaran ini saya alami waktu di Novisiat saat renungan yang dipimpin oleh fr. Barth.

Kedua, saat kami dituntun untuk merenungkan sebuah lagu yang berjudul Kutak Dapat Berjalan Sendiri. Lagu itu dipedengarkan kepada kami. Lalu kami disuruh berjalan dengan kedua mata ditutup sapu tangan mengelilingi kelas, tempat latihan rohani itu dilakukan. Lagu masih di pertengahan tiba-tiba air mata saya tak kuasa terbendung lagi. Saya membayangkan apa jadinya kalau hidup saya tanpa indera penglihatan. Sejak lahir sampai hari ini, saya hidup dengan satu mata yang berfungsi secara normal. Sebelah kirinya tidak bisa melihat dengan baik. Tetapi saya masih bisa melihat dunia ini dengan segala keindahannya. Saya masih lebih beruntung dibandingkan dengan mereka yang sungguh tak dapat melihat. Sejak saat itu saya belajar menerima diri. Saya merasa lebih bersyukur dengan keadaan diri saya. Orang yang berperan di balik pengalaman saya ini adalah fr. Barth.

Untuk itu, di hari istimewa dalam perjalanan hidup panggilannya sebagai Frater BHK, sekali lagi saya mengucapkan selamat berbahagia. Terima kasih atas teladan kesetiaan yang telah diberikan kepada kami yang sedang berjuang dalam komunitas persaudaraan ini. Tetap sehat dan semoga selalu gembira menikmati masa senja ini.

Malang, 21-12-17
Walter Arryano
sang tenang
Readmore → YUBILARIS DALAM KENANGAN

Tuesday, 12 December 2017

TONTONAN YANG MENGUBAH

biarkan pena berbicara
Terlahir sebagai anak semata wayang dalam keluarga berada, apa yang masih kurang bagi hidupku? Segala sesuatunya dengan mudah kudapatkan. Tinggal bilang, pasti akan dipenuhi oleh ayah atau ibuku. Ada sekian banyak temanku di sekolah yang mengalami kesulitan: biaya uang sekolah, beli buku-buku dan perlengkapan sekolah, uang jajan, uang kegiatan, dan sebagainya. Aku tak sedikitpun merasakan hal itu. Hidupku bagai berenang di samudera kekayaan. Aku bergelimang harta. Aku memiliki apa saja yang kuinginkan.
Kemarin sore dalam perjalanan pulang dari sekolah, aku memberitahu ibuku supaya membeli sepatu baru untuk menggantikan sepatu lama yang kupakai tiga bulan terakhir ini. Aku sudah tidak nyaman lagi memakai alas kaki yang terlihat kusam itu. Biasanya ibu tidak banyak omong saat kuutarakan keinginanku. Tetapi kali ini tidak seperti biasanya. Entah kenapa, ibuku tidak segera memenuhi permintaanku.
Malam terus bergerak. Di luar hujan belum reda sejak sore tadi. Ibu dan ayah sedang duduk bersama, menonton TV ketika aku ikut bergabung setelah membaca buku untuk pelajaran besok kutandaskan. "Ma, mana sepatuku?" Pertanyaanku membuyarkan kosentrasi ayah dan ibuku yang sedang melihat tayangan reality show yang rupanya inspiratif itu. "Sayang, maaf yah. Mama belum sempat beli. Mama janji, besok pulang jemput adek di sekolah, kita langsung ke toko sepatu yah." Kata ibuku sambil mengelus-elus pundakku. Lalu ibuku masih menjelaskan kenapa permintaanku kali ini tidak segera terpenuhi dengan beberapa alasan yang memang benar adanya. Aku tidak mau tahu dengan apapun alasan ibu. Aku terus-menerus berteriak, menuntut keinginanku. Walaupun ayah ikut menenangkanku tapi aku masih terus menuntut. Di tengah suasana gundah yang menyelimuti hatiku, tiba-tiba mataku melihat tayangan di TV. Aku tertarik untuk memperhatikan tontonan yang sedari tadi dilihat oleh kedua orangtuku itu. Seorang anak berjalan dengan langkah tertatih-tatih. Dua kruk mengapit di kedua ketiaknya. Saat mataku berpaling, ingin mendapatkan jawaban di mata ibuku, aku menemukan makna di balik binar cahaya wanita lemah lembut itu. Seketika tanpa sadar mulutku lalu berucap, "Mama nggak usah beli sepatu baru dulu yah. Sepatu adek yang itu masih bagus." Entah kekuatan dari mana yang mendorongku mengatakan itu. Tatapan penuh kasih merona di wajah perempuan 32 tahun yang duduk di sampingku, menyempurnakan biasan roman muka penuh penghargaan lelaki penyabar yang selama ini kupanggil papa. "Seharusnya aku lebih banyak bersyukur karena sudah punya segalanya," kataku dalam diam yang tak biasa.

Malang, Desember 2017
sang tenang
Readmore → TONTONAN YANG MENGUBAH

Sunday, 10 December 2017

KAUL JOMBLO

Di sebuah ruang kelas di Sekolah Dasar sedang ada pelajaran muatan lokal sekolah. Ini pelajaran khusus untuk mengenal tarekat religius pemilik sekolah tersebut. Hari itu mereka belajar tentang tiga macam kaul yang diikrarkan oleh seorang biarawan. Pelajaran berjalan baik bersama seorang guru muda yang adalah seorang frater yang sudah mengikrarkan kaul-kaul tersebut. Jadi materi pelajaran ini tidak lain adalah bagian dari cara hidupnya yang diceritakan kepada anak didiknya.
"Salah satu contoh penghayatan kaul kemurnian bagi seorang frater biarawan adalah selibat atau hidup tidak menikah." Demikian sang guru menguraikan contoh dari salah satu dari ketiga kaul tersebut yang diikuti dua contoh untuk dua kaul yang lain. Anak-anak antusias mendengarkan apalagi saat sang guru menambahkan embel-embel di belakang penjelasannya menggunakan istilah anak-anak zaman ini yaitu “jomblo” untuk menyederhanakan maksud dari selibat. "Selibat atau hidup yang tidak menikah artinya seorang frater akan menjadi jomblo sepanjang masa," demikian katanya. Pelajaran hari itu diakhiri dengan mengagendakan ulangan pada pertemuan berikutnya.
Seminggu kemudian, saat itu malam masih di jalan menuju puncaknya. Seserpih bulan bertengger di pucuk cemara. Redup temarannya mengundang seekor tokek  bersuara nyaring di pojok taman. Di meja kerjanya seorang frater senyam-senyum sendiri di tengah kesibukannya mengoreksi hasil ulangan murid-muridnya. Di bawah soal, tuliskan tiga macam kaul, ada seorang anak yang menjawab: kaul ketaatan, kaul kemiskinan, dan kaul jomblo. "Selalu ada kejutan bagi seorang pendidik. Itulah indahnya menjadi seorang guru SD," gumamnya lirih.

Malang, November 2017
sang tenang
Readmore → KAUL JOMBLO

Saturday, 2 December 2017

MURID CANTIK BERNAMA CLARA

Namanya frater Kevin. Dia adalah seorang frater muda kelahiran Ende, Flores, NTT yang saat ini berdomisili di kota Malang, Jawa Timur. Sejak Juli 2016, dia bersama delapan orang teman angkatannya berada di kota dingin nan sejuk ini untuk menjalani masa formasio menjadi anggota sebuah tarekat religius. Mulai Juli tahun ini, mereka menyebar ke biara-biara kongregasinya untuk hidup dan mengalami secara langsung dinamika kehidupan real komunitas biara dan karya pelayanannya. Program kegiatan yang disebut dengan stage ini merupakan tahapan pembinaan sebelum mereka benar-benar siap dan mantap untuk menjadi seorang frater. Sejak dua bulan yang lalu, fr. Kevin bergabung bersama kami di sekolah yang menjadi salah satu unit karya tarekatnya ini.
Ini adalah hari terakhir kebersamaan kami di sekolah ini. Masa stage fr. Kevin sudah berakhir. Bersama teman-teman angkatannya, dia akan kembali ke novisiat, tempat di mana selama ini mereka tinggal dan menjalani masa pendidikan dan pembinaan untuk menjadi seorang biarawan tersebut. Waktunya memang hanya dua bulan di tempat kami, tetapi dia sudah mampu memberikan kesan at home di hati putra-putri, peserta didik di sekolah ini secara umum dan murid-murid kelas 1A secara khusus. Salah seorang murid itu adalah Clara. Murid cantik bertubuh proposional ini terkenal dengan cerewetnya dan agak tomboi. Hal itulah yang menyebabkan Clara sering mendapat perhatian ekstra dari "guru praktek" ini. Seringkali fr. Kevin meneriakinya agar kelas berjalan tertib selama pelajaran berlangsung. Mungkin hal inilah yang membuat frater yang berstatus sebagai novis ini menjadi "istimewa" bagi Clara.
Seremoni perpisahan berlangsung lancar. Acara singkat yang diadakan untuk melepas-pergikan fr. Kevin berjalan baik. Penyampaian pesan dan kesan oleh frater bertubuh langsing di hadapan seluruh peserta didik itu sejenak terjadi, kemudian disusul sambutan singkat oleh pimpinan sekolah. Walaupun terlihat sederhana tetapi cukup memberi makna bagi perjalanan hidup panggilannya. Pihak sekolah melalui seluruh warganya memberi salam perpisahan sekaligus doa dan dukungan bagi kesetiaan calon frater ini. "Heiiii, anak siapa itu yang nangis?" teriak seorang ibu, menggoda putrinya sendiri yang saat itu menangis sembari memeluk seorang guru berjubah putih. Anak itu adalah si cantik Clara yang tidak ingin berpisah dari fraternya, padahal waktu sekolah sudah usai dan ibunya sudah datang menjemputnya. Sang ibu berusaha membujuk putrinya dan berjanji akan menemani dia mengujungi fr. Kevin suatu hari nanti. Perpisahan yang memilukan hati itu terjadi di depan mataku, frater senior yang hampir tiga tahun menyandang predikat guru bagi anak-anak di SD ini. Aku terkesan dengan kejadian sederhana yang melibatkan seorang frater novis yang berada jauh di bawahku baik dari segi usia maupun masa hidup membiaranya. "Terima kasih, saudaraku. Frater telah memberi contoh bagaimana menjadi seorang guru dan frater yang dicintai murid-muridnya," kata batinku dalam diamnya. Setitik rinai membentur di lantai paving halaman sekolah. Hujan segera tiba. Sebelum hujan haru atas teladan hebat di hadapanku ini membanjiri bola mataku, aku mengayunkan langkah membiarkan fr. Kevin dan Clara mengakhiri kebersamaan mereka di siang yang semakin remang itu.

Malang, 2.12.17
sang tenang
Readmore → MURID CANTIK BERNAMA CLARA