Monday, 23 February 2015

Wisata Rohani ke Bumi Ngayogyakartadiningrat

Waktu telah memberi kesempatan bagiku untuk mengukir kisah baru dalam sejarah hidupku. Bagi kebanyakan orang kesempatan ini adalah hal yang biasa namun bagiku sebagai orang luar pulau Jawa momen ini merupakan hal yang luar biasa. Untuk pertama kalinya kujejakkan kakiku di bumi Ngayogyakartadiningrat. Keberadaanku di sana dalam rangka ikut ambil bagian dan kegiatan wisata rohani yang diadakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Kerohanian Katolik (UKM BKK) Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Bersama saudara seiman Katolik, kami mengawali perjalanan wisata rohani kami dengan registrasi dan persiapan oleh panitia pelaksanaan kegiatan di depan kampus. Setelah doa bersama untuk memohon berkat dan perlindungan Tuhan dalam seluruh kegiatan kami, kami pun meninggalkan kampus untuk memulai perjalanan kami. Suasana kegembiraan dalam persaudaraan dan kebersamaan mewarnai sepanjang perjalanan kami dari Surabaya hingga Jogjakarta. Perjalanan yang jauh dan melelahkan tak kuasa mengurangi ekspresi kegembiraan di wajah-wajah belia putera-puteri Wijaya Kusuma ini. Persaudaraan dan keakraban di antara kami telah menjiwai semangat kami yang telah memproklamirkan diri sebagai “arek-arek bkk”.
Sendang Sri Ningsih, di sebuah gua Maria yang terletak di daerah Klaten-Jogjakarta itu menjadi tempat pertama kami memulai wisata rohani kami. Perziarahan kami awali dengan Ibadat Jalan Salib sepanjang jalan menuju puncak melewati perhentian-perhentian yang telah disiapkan di sisi kanan dan kiri jalan. Sengatan hawa dingin yang diselimuti hembusan angin pagi seakan menambah kekhusukkan permenungan kami akan kisah sengsara Sang Guru Ilahi untuk menebus dosa-dosa umat manusia. Kisah sengsara yang dilakoni-Nya ke puncak golgota 2 ribuan tahun lalu itu terasa hadir kembali menemani kami kala itu. Perjalanan iman ini kami lanjutkan dengan bersimpuh di bawah kaki Sang Bunda di puncak Sri Ningsih. Segala ujud dan niat kami panjatkan kehadirat Bunda sembari memohon berkat dan pertolongannya. Ziarah rohani kami puncaki dengan Perayaan Ekaristi Kudus bersama di Gereja Marga Ningsih. Rangkaian pengalaman iman ini kami alami ditinjau dalam konteks kaca mata iman kami orang muda. Artinya, bahwa ada kesan di suatu sisi masih ada hal-hal yang perlu dibenahi lagi namun di sisi yang lain kami telah mulai berproses.
“Wisata Rohani, ada unsur wisata di dalam kegiatan rohani dan sebaliknya, ada unsur rohani di dalam kegiatan wisata”. Demikianlah yang kami lakukan dalam kegiatan kami ini seperti yang ditegaskan oleh Romo yang memimpim Perayaan Ekaristi waktu itu dalam khotbahnya. Setelah kami bergumul dalam permenungan rohani “ala orang muda”, kami melanjutkan kegiatan kami ke Candi Prambanan. Di area yang berlumuran aroma budaya nan artistik ini, kami menghabiskan waktu beberapa jam untuk sekedar jalan-jalan sambil melihat-lihat kemegahan salah satu benda peninggalan cagar budaya bumi pertiwi tersebut. Terik mentari yang menyengat tak kuasa mengaburi ekspresi keceriaan di wajah kami. Decak kagum pun turut melatari nada apresiatif kami akan keagungan Tuhan yang telah turut mendandani keindahan negeri ini dengan menghadirkan bangunan ajaib itu. Momen ini tak disia-siakan oleh pengunjung yang baru pertama kali maupun telah beberapa kali menjejaki kakinya di tempat itu. Ada yang mengabadikan kesempatan itu dengan foto bersama dan sebagainya.
Perjalanan kami lanjutkan ke kota Jogjakarta. Hawa budaya terasa hangat dan merasuki jiwa tatkala gapura selamat datang “menyapa” kami. Bumi Ngayogyakartadiningrat dengan nuansa kekeratonan yang sangat kental menjadi pandangan yang menyejukkan raga di tengah perihnya sengatan terik matahari. Di salah satu daerah istimewa yang dinakhodai oleh seorang Sultan ini, kami menghabiskan energi dan waktu hingga berjam-jam hanya untuk berwisata (jalan-jalan). Setelah mengikuti Perayaan Ekaristi Hari Raya Pentakosta (sesuai jadual acara dari panitia), kami diberi kebebasan untuk menyibukkan diri dengan agenda pribadi. Hampir semua peserta yang memanfaatkan kesempatan ini dengan aneka aksi di sekitar pusat perbelanjaan Malioboro. Ada yang shopping. Ada yang hanya jalan-jalan sambil melihat-lihat (mungkin juga yang sekedar “melirik-lirik”). Ada yang mencoba mencicipi beragam kuliner khas Jogjakarta dan sebagainya. Sebuah momen sederhana namun cukup unik dan sangat terkesan bagiku yaitu ketika kami duduk manis di pinggir jalan alun-alun kota dekat Malioboro. Beralaskan selembar tikar kami menikmati kebersamaan dalam persaudaraan yang diwadahi segelas “kopi arang”. Segelas kopi yang dibubuhi sepotong arang (sisa pembakaran) itu menjadi perekat keakraban di antara kami. Dia juga menjadi peretas batas profesi dan senioritas di antara kami. Dosen, pendamping, senior, yunior dan sebagainya melebur jadi satu. Satu saudara dalam iman akan Yesus Kristus. Sungguh sebuah pengalaman yang langka dan mengesankan bagiku.
Seiring dengan berjalannya sang waktu, malam pun membawa kami ke penghujung hari dan dengan “terpaksa” menghentikan segala aktifitas kami sepanjang hari itu. Kami beranjak ke tempat penginapan kami di Parangtritis. Masih dalam rangkulan semangat kebersamaan, kami mengakhiri hari itu di sebuah penginapan yang sangat nyaman. Ucapan selamat malam dan selamat tidur menjadi salam terakhir malam itu sebelum semuanya terlelap dalam tidur dan mencari jalan masing-masing menuju alam mimpi.
Sunday in the beach. Itulah acara kami hari ini (Minggu 12 Juni 2011). Keceriaan kembali mewarnai raut wajah kami setelah semalaman “berwisata” bersama mimpi masing-masing. Setelah sarapan kami beranjak menuju pantai Parangtritis untuk berhari minggu bersama di sana. Senda gurau dan tawa canda bersama menjadi pemandangan indah di tengah kegarangan pantai paling selatan Jogjakarta itu. Di pantai yang diyakini menurut legenda oleh penduduk setempat sebagai tempat bermukimnya Nyai Loro Kidul (Queen of South) itu menjadi tempat terakhir kegiatan wisata rohani kami.
Akhirnya, dengan semangat baru kami kembali ke Surabaya membawa serta segenggam cerita yang bernama pengalaman. Harapannya bahwa semoga dengan seluruh pengalaman kebersamaan yang kami alami dalam rangkaian kegiatan wisata rohani tersebut menjadi bekal yang sangat berharga terutama memberi kami spirit dan kekuatan baru untuk melanjutkan tugas-tugas utama kami sebagai mahasiswa serta kebersamaan dan persudaraan kami sebagai warga UKM BKK tetap terpelihara. Amin.
Tuhan memberkati.

Juli 2011
Comments
0 Comments