Monday, 23 February 2015

Temu Kaum Muda Vinsensian

Hari yang terik. Sengatannya seakan menghanguskan. Panasnya membara. Sekelompok kawula muda yang menamakan diri Kaun Muda Vinsensian hilir mudik kesana kemari hendak mencari dan menemukan Dia. Dia yang diyakini hadir di antara sesama yang paling hina, orang kecil yang dianggap sampah oleh masyarakat dan mereka yang miskin secara materi, yang terlupakan dan yang terpinggirkan. Keyakinan ini didasari oleh buah renungan dan refleksi mendalam dari sang guru spiritual, St. Vinsensius a Paulo yang memandang orang miskin sebagai tuannya.
Kehadiran orang muda di tempat ini untuk menyapa, memberi seberkas senyuman hangat dan belajar menjadi pendengar yang setia. Lebih dari itu mereka ingin menjadi bagian dari perjuangan hidup dan suka duka orang-orang yang mereka jumpai. Mereka ingin berbagi kegembiraan sembari belajar menjadi sesama dan sahabat bagi yang papa.
Sungguh sebuah pemandangan langka di tengah hingar bingar dan kegemerlapan dunia abad ini. Di sudut sana, disaksikan begitu banyak orang muda yang mengahabiskan waktu dengan bersenang-senang tanpa nilai tambah yang bisa diperoleh. Mengkonsumsi narkoba, minuman keras, tawuran, sekularisasi hingga seks bebas adalah contoh-contoh cerita lumrah yang kian menjadi tren yang membudaya. Akibatnya, mereka melakoni hidup sebagai pribadi-pribadi yang angkuh, antipati, antisosial dan egoistis.
Namun, para putera-puteri Vinsensian muda ini ingin bersaksi kepada dunia bahwa mereka adalah generasi muda yang memiliki kisahnya sendiri. Mereka masih memiliki kepekaan kepada sesama. Mereka adalah kawula muda yang masih memiliki hati bagi orang-orang kecil. Mereka mampu hadir sebagai saudara bagi yang miskin dan teman bagi yang hina dina. Semangat St. Vinsensius yang memandang orang miskin sebagai tuannya telah merasuk dalam nadi-nadi belia harapan gereja ini.
Inspirasi dan pelajaran hidup yang mereka peroleh adalah bekal berharga yang boleh dibawa pulang sebagai hadiah terindah dari pengalaman perjumpaan bersama paras-paras letih pejuang kehidupan penantang ganasnya zaman ini. Semangat juang yang tinggi, peduli terhadap sesama, rendah hati dan suka berbagi, jujur, terbuka dan apa adanya, pasrah pada kehendak ilahi, mencintai keluarga dan sebagaianya. Semuanya itu adalah nilai-nilai tentang hidup yang bisa dipelajari melalui pengalaman hadir bersama saudara yang miskin dan hina dina. Mereka menerimanya secara cuma-cuma dari tangan-tangan kasih berhati sahaja nan ikhlas. Terima kasih saudaraku atas kerelaannya menjadi guru bagi teman-temanku.

(refleksi ini terinspirasi oleh pengalaman mendampingi teman-teman dalam kegiatan TKMV)
Gresik, 26-28 Oktober 2012)
Comments
0 Comments