Wednesday, 31 January 2018

ROH SEBUAH TULISAN

Menulis dengan pengalaman hidup sebagai sumber inspirasi ternyata lebih banyak "berbicara". Sesederhana apapun pengalaman itu. Asal diracik dengan pilihan kalimat dan sentuhan diksi yang enak dinikmati.

Menulis karya sastra seperti cerpen yang cenderung lebih ke arah rekayasa imajinasi (ada juga yang diangkat dari pengalaman pribadi), apakah kurang "berbicara"?

Dalam hal ini, refleksi (baca: pemaknaan) mengambil peran penting. Sebuah karya imajinatif terasa lebih hidup karena melewati jalur refleksi. Demikian seseorang memberi argumentasinya.

Namun, bagi saya, pembaca juga berperan penting dalam menghidupkan suatu karya tulis. Hanya pembaca dengan kapasitas tertentu yang mampu merasakan adanya roh dalam sebuah tulisan. Artinya, tulisan terasa hidup karena dibaca oleh "orang hidup" juga.

Malang, 20.12.17
#sangtenang
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment