di
pinggir sungai
anak-anak bermain
mengejar capung
***
***
Haiku ini
saya tulis berdasarkan pengalaman masa kecilku. Kami dulu waktu air leding
belum masuk kampung, biasanya kami ke sungai untuk mandi dan mengambil air
untuk kebutuhan rumah tangga, seperti masak, minum, mencuci peralatan dapur,
dll.
Bagi kami anak-anak,
sungai adalah arena permainan yang menyenangkan. Selain bermain-main dengan air
yang tentunya sangat bersih, jernih, dan alami, capung juga menjadi mainan
kami. Kami mengejar dan menangkap capung. Di bagian ekor capung yang
tertangkap, kami selipkan sepucuk tanaman air yang saya tidak tahu namanya,
lalu capung itu diterbangkan lagi.
Melihat
capung terbang sambil membawa potongan daun di ekornya, itu adalah hiburan yang
cukup mewah bagi kami, anak-anak kampung. Mungkin jenis permainan itu, bagi kids
zaman now sudah berubah wujud menjadi salah satu game keren di gawainya.
Betul, bahwa
permainan masa kecilku itu menyakiti capung yang waktu kecil dulu, saya tidak
pernah menyadarinya, tetapi bagaimana kami dekat dengan alam dan menjadikan apa
yang ada sebagai media permainan yang sederhana tapi menggembirakan, saya kira
itu poinnya. Karena itulah, sungai bagi kami adalah tempat kami menikmati
hiburan gratis yang disediakan sang Pencipta.
Poin kedua
yang ingin saya kemukakan di sini adalah soal orisinalitas. Sebuah karya,
apapun itu, kalau dikerjakan dengan menggunakan hati yang bagi saya menjadi
sumber yang orisinil itu berasal, hasilnya akan menggunggah dan menggetarkan.
Hal yang
sama juga soal pengalaman pribadi yang menjadi latar belakang sebuah karya. Itu
sungguh menginspirasi orang lain. Asal itu memang sungguh menjadi suatu niatan
untuk dibagikan kepada sesama. Karena pada hakikatnya, setiap pribadi adalah
hadiah bagi sesamanya. Suatu pemberian diri yang tidak pernah habis dibagi.
Untuk itu,
mari berkarya dengan hati. Inspirasi sudah disediakan di alam semesta ini oleh
Sang Ada yang telah mengadakan sejak dunia dijadikan.
Januari
2018
Walter
Arryano
#sangtenang