Friday, 8 September 2017

Keluarga Terberkati

Aku adalah anak satu-satunya dari keluarga itu. Orang tuaku hidup sederhana dan saleh. Mereka hidup dalam tradisi warisan nenek moyangku yang taat beragama dan ketat dalam hukum. Aku bersyukur dilahirkan di tengah-tengah orang tuaku yang sangat mencintaiku. Karena itu aku bertumbuh menjadi gadis yang sederhana dan saleh. Keistimewaan lain yang selalu kuingat dari kedua orang tuaku adalah apa pun yang mereka hadapi dalam hidup, terutama kesulitan-kesulitan, beban, atau pun pergulatan, mereka selalu berpasrah pada kehendak Ilahi. Tentu tetap ada usaha-usaha manusiawi yang mereka lakukan. Ayah dan ibuku mengambil cara hidup yang berkenan pada Tuhan. Aku, puteri tunggal mereka mewarisi teladan hidup yang hebat itu.
Pada suatu ketika, aku mengalami sebuah peristiwa yang “mencoreng” nama baik ayah-ibuku. Mereka merasa terpukul, malu, dan kecewa. Di usiaku yang masih belia, aku hamil. Memang saat itu aku sudah betunangan dengan seorang lelaki, pujaan hatiku. Tetapi kami belum hidup bersama sebagai suami-istri. Maka, peristiwa memalukan itu menjadi bahan pergunjingan tetangga. Aku tahu kejadian tidak biasa itu melukai hati kedua orang tuaku yang belum memahaminya. Tetapi aku hanya berpasrah dan berdoa di tengah hatiku yang diliputi kekalutan sebagaimana biasanya orang tua lakukan saat mereka menghadapi masalah.
Sekali lagi kukatakan bahwa aku bersyukur dilahirkan dalam keluarga kecil yang bersahaja nan suci murni ini. Mereka tidak menghakimiku apalagi mengusirku dari rumah. Mereka tetap mencintaiku walaupun aku telah merendahkan martabat keluargaku dengan peristiwa yang sesungguhnya aku sendiri belum memahaminya. Apalagi kedua orang tuaku. Kami hanya bisa berdoa dan berpasrah pada penyelenggaraan Ilahi. Hingga kabar itu, kabar gembira dari surga yang dibawa sang utusan menjadi kenyataan. Aku yang disebut sebagai wanita yang beroleh kasih karunia di hadapan Allah terpilih menjadi ibu Tuhan dan Bunda Allah. Sementara kedua orang tuaku diganjari mahkota Para Kudus. Dan kini, kami hidup mulia bersama Bapa di kemah abadi, surga-Nya.

Malang, 26 Juli 2017
Pada Peringatan St. Yoakim dan Ana,
Orang tua Santa Perawan Maria.

Walter Arryano
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment