Aku adalah anak satu-satunya dari keluarga itu. Orang tuaku hidup
sederhana dan saleh. Mereka hidup dalam tradisi warisan nenek moyangku yang
taat beragama dan ketat dalam hukum. Aku bersyukur dilahirkan di tengah-tengah
orang tuaku yang sangat mencintaiku. Karena itu aku bertumbuh menjadi gadis
yang sederhana dan saleh. Keistimewaan lain yang selalu kuingat dari kedua
orang tuaku adalah apa pun yang mereka hadapi dalam hidup, terutama
kesulitan-kesulitan, beban, atau pun pergulatan, mereka selalu berpasrah pada
kehendak Ilahi. Tentu tetap ada usaha-usaha manusiawi yang mereka lakukan. Ayah
dan ibuku mengambil cara hidup yang berkenan pada Tuhan. Aku, puteri tunggal
mereka mewarisi teladan hidup yang hebat itu.
Pada suatu ketika, aku mengalami sebuah peristiwa yang “mencoreng” nama
baik ayah-ibuku. Mereka merasa terpukul, malu, dan kecewa. Di usiaku yang masih
belia, aku hamil. Memang saat itu aku sudah betunangan dengan seorang lelaki,
pujaan hatiku. Tetapi kami belum hidup bersama sebagai suami-istri. Maka,
peristiwa memalukan itu menjadi bahan pergunjingan tetangga. Aku tahu kejadian
tidak biasa itu melukai hati kedua orang tuaku yang belum memahaminya. Tetapi
aku hanya berpasrah dan berdoa di tengah hatiku yang diliputi kekalutan sebagaimana
biasanya orang tua lakukan saat mereka menghadapi masalah.
Sekali lagi kukatakan bahwa aku bersyukur dilahirkan dalam keluarga
kecil yang bersahaja nan suci murni ini. Mereka tidak menghakimiku apalagi
mengusirku dari rumah. Mereka tetap mencintaiku walaupun aku telah merendahkan
martabat keluargaku dengan peristiwa yang sesungguhnya aku sendiri belum
memahaminya. Apalagi kedua orang tuaku. Kami hanya bisa berdoa dan berpasrah
pada penyelenggaraan Ilahi. Hingga kabar itu, kabar gembira dari surga yang
dibawa sang utusan menjadi kenyataan. Aku yang disebut sebagai wanita yang
beroleh kasih karunia di hadapan Allah terpilih menjadi ibu Tuhan dan Bunda
Allah. Sementara kedua orang tuaku diganjari mahkota Para Kudus. Dan kini, kami
hidup mulia bersama Bapa di kemah abadi, surga-Nya.
Malang, 26 Juli 2017
Pada Peringatan St. Yoakim dan Ana,
Orang tua Santa Perawan Maria.
Walter Arryano