Sejumlah
Frater Yunior yang berkarya di Jawa mengadakan karya wisata bernuansa rohani ke
bumi Kasultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat. Kegiatan yang diikuti 14 orang frater ini berlangsung
dari tanggal 22-24 Maret 2012. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari program
pembinaan bagi para Frater Yunior Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus. Hanya
kali ini bentuknya berbeda dengan yang sebelumnya. Kegiatan-kegiatan sebelumnya
berupa pendampingan (pendalaman) melalui materi-materi dan kunjungan (live in),
kali ini kegiatannya dalam bentuk karya wisata bernuansa rohani.
Adalah
Yogyakarta menjadi tujuan kegiatan kami. Penentuan tempat ini tentu
dilatarbelakangi oleh berbagai pertimbangan, di antaranya Jogja merupakan
pilihan paling bijak untuk berekreasi karena selain memiliki tempat-tempat
ziarah rohani, Jogja juga terkenal dengan kota budaya.
Perjalanan
panjang dan melelahkan kami mulai dengan makan malam bersama di Komunitas
Kepanjen 14 Surabaya. Suasana persaudaraan mulai mewarnai kebersamaan kami
ketika itu. Bersama seorang Frater yang menjadi saudara, teman dan pendamping
kami, kami pun mengawali perjalalan kami dalam suasana sebagai satu saudara.
Untaian nada guyon dan canda ria adalah sahabat sejati yang setia menemani
perjalanan panjang kami. Lamanya waktu yang diperlukan untuk menempuh
perjalanan jauh nan melelahakan dari Surabaya menuju Jojgakarta seakan tak ada
artinya. Senda gurau dalam suasana persaudaraan adalah jawabannya mengapa
demikian.
Kebersamaan
rasa memang penting tetapi perlu ada dukungan energi sebagai daya kekuatan
jasmani bagi jiwa manusiawi kami. Kami pun dengan rendah hati menyadari
kerapuhan kami bahwa sebagai manusia kami butuh waktu untuk istirahat sembari
menimba kekuatan jasmani melalui makan bersama. Walaupun waktunya sudah tidak
“normal” lagi tetapi kami harus melakukannya bukan hanya karena takut menjadi
korban kehilangan energi (pingsan karena kelaparan) tetapi lebih sebagai
pemenuhan tuntutan sistuasi yang agak memaksa. Aneka menu santapan berdasarkan
selera masing-masing akhirnya ludes dinikmati dan selajutnya kami pun
meneruskan perjalanan kami.
Selamat
datang di kota Yogyakarta. Gapura selamat datang menyambut kedatangan kami.
Kala itu malam baru saja berlalu dan pagi sedang beranjak menjemput mentari.
Udara dingin kota Yogyakarta menambah keasrian kota destinasi wisata yang
terkenal dalam sejarah turun-temurun sebagai kota propinsi yang dipimpin oleh
seorang raja (sultan). Nuansa keistimewaan kota mulai terpandangi tatkala mata
dengan leluasa menjelajahi sudut-sudut kota yang kaya akan pernak-pernik dan
asesoris bernilai historis.
Berdasarkan
rencana kami terus meluncur ke tempat penginapan. Rumah studi para Frater SSCC
adalah penginapan yang comfort dan menyenangkan buat kami. Dalam suasana
sebagai saudara yang sama-sama memilih hidup “menyimpang” dari dunia, kami
disambut oleh para Romo dan para Frater dengan penuh ramah dan cinta kasih. Sarapan
sambil berkenalan adalah momen awal kerbersamaan kami di rumah itu. Selanjutnya
kami istirahat seharian untuk memulihkan kembali energi yang terkuras akibat
perjalanan panjang sehari sebelumnya. Pada sore harinya, kami berbagi bersama
seorang romo melalui pendalaman materi yang berkaitan dengan pilihan hidup
kami.
Di
tengah kesibukan akan hal-hal yang beraroma rekreatif, kami tidak lupa akan
kebutuhan jiwa kami sebagai pribadi-pribadi Ekaristis. Kami percaya bahwa
Ekaristi adalah sumber kekuatan bagi jiwa kami dan oleh Ekaristi pula kami
disatukan sebagai anak-anak satu Bapa untuk memilih dan menjalani hidup sebagai
biarawan dalam persekutuan kami. Oleh karena dasar iman inilah, kami melewati
sore hari itu dengan Perayaan Ekaristi bersama. Kebersamaan kami lanjutkan
dengan santap malam dan selajutnya jalan-jalan di pusat perbelanjaan Malioboro.
Kegiatan terakhir ini dilakukan berdasarkan keputusan bersama yang
dilatarbelakangi oleh alasan demi efektifitas waktu. Akhirnya malam pun membawa
kami ke penghujung hari dan memaksa kami untuk istrahat, melepas lelah
sekaligus menyerahkan diri kepada Sang Empunya kehidupan untuk dijaga dan
dilindungi.
Selamat
pagi Bapa, selamat pagi Yesus, selamat pagi Roh Kudus dan selamat pagi dunia.
Alunan madah pujian bernada syukur menggema menyambut pagi nan indah. Kami pun
bergegas menyiapkan diri untuk mengawali hari dengan Perayaan Ekaristi dan
sarapan bersama. Sederetan agenda kegiatan untuk hari ini telah menanti.
Selepas sarapan kami beranjak menuju Klaten ke sebuah gua Maria yang bernama
Sendang Sriningsih. Di sana, di bawah kaki Sang Bunda, kami bersimbah
bakti seraya menghunjukan segala niat dan ujud kehadirat Tuhan melalui
perantaraannya. Bunda Maria, doakanlah kami yang datang di hadapanmu.
Perjalanan
dilanjutkan ke area wisata budaya Candi Prambanan. Di tempat ini kami
menghabiskan waktu berjam-jam untuk sekedar jalan-jalan sambil melihat
keagungan candi yang megah nan artistik itu. Kegagahannya melahirkan nada-nada
indah yang terucap melalui bibir kami. Berbagai bentuk ekspresi pun tak kuasa
dibendung. Decak kagum dan beragam apresiasi pun terlontar. Untuk mengabadikan
momen langka ini, kami melakukannya dengan foto bersama. Kami mengakhiri acara
wisata rohani hari itu dengan makan siang bersama di sebuah rumah makan.
Selajutnya kami kembali ke penginapan, istirahat sejenak, kemudian packing
dan bersiap-siap untuk kembali ke Malang.
Perjalanan
panjang dan melelahkan akan kami hadapi lagi. Untuk itu kami memutuskan untuk
makan malam bersama di sebuah rumah makan di daerah sekitar Solo. Suasana
sebagai satu saudara terus mewarnai kebersamaan kami.
Sunday
at C21-Malang. Hari Minggu dini hari kami tiba di Komunitas
Celaket 21 Malang. Karena kelelahan kami langsung istrahat hingga pagi
menjemput. Sesuai rencana, agenda hari ini adalah evaluasi kegiatan yang telah
kami lakukan. Setelah sarapan kami pun bersatu untuk melihat kembali proses
berlangsungnya kegiatan kami sejak awal berangkat hingga kembalinya. Berbagai
bentuk masukan dan usulan, kritik dan saran yg konstruktif mewarnai acara
evaluasi kami. Rangkaian kegiatan wisata rohani kami akhiri dengan makan siang
bersama di komunitas yang menjadi rumah induk biara kami tersebut.
Selanjutnya
kami kembali ke komunitas kami masing-masing. Kegiatan bersama para Frater Yunior
untuk kali ini telah berakhir. Apa yang perlu kami bawa pulang sebagai
oleh-oleh untuk sama saudara di komunitas masing-masing tidak lain adalah
setumpuk cerita bertemakan persaudaraan yang kami namai pengalaman berbagi
sebagai satu saudara. Kiranya cerita indah yang kami kisahkan dapat menjadi
kekuatan baru yang bisa membantu kami dalam perjalanan hidup keseharian kami
sebagai Frater Bunda Hati Kudus terutama dalam menjalani karya perutusan
kongregasi yang dipercayakan kepada kami masing-masing. Perbedaan yang kami
jumpai dalam kerbersamaan kami adalah harta karung yang kami olah menjadi
kekayaan bersama untuk dipersembahkan kepada persekutuan kami tercinta sehingga
dengan segala kerendahan hati layaknya hati seorang ibu (Bunda Hati Kudus),
kami pun boleh berserah diri pada Allah : “ini aku Tuhan, utuslah aku”, dan
kepada mereka yang kami layani : “aku akan hadir demi engkau”.
kepanjenempatbelas,
20
April 2012