Thursday, 8 August 2019

KELUHAN PELANGGAN

Catatan Kecil untuk Ojek Online

Sudah lama saya menggunakan transportasi online untuk bepergian, terutama ketika berada di kota Malang atau Surabaya. Sejak semula saya menggunakan aplikasi Grab. Karena itu, sampai hari ini, saya tetap menggunakan Grab, bukan yang lain.
Berdasarkan pengalaman selama ini, saya merasa sangat terbantu dengan adanya moda transportasi berbasis internet ini. Cepat, murah, nyaman, pasti, tepat waktu, dan para driver-nya profesional dan ramah. Tentu juga ada satu dua kejadian kecil yang merugikan para pengguna sebagai pelanggan. Namun, itu tak seberapa dibandingkan dengan pelayanan yang mereka berikan.
Sebagai pengguna, saya sedikit memahami bahwa untuk dapat dikatakan memenuhi syarat, kendaraan yang digunakan harus baru (minimal hasil produksi tahun 2012-2013). Selain itu, antara nomor kendaraan yang teregistrasi di aplikasi dan yang ada pada kendaraan harus sesuai. Karena itu, setiap kali dijemput Grab, hal pertama yang saya lihat (baca) adalah nomor polisi dari kendaraan tersebut. Beberapa kali saya menjumpai nomor yang tidak cocok.
Terhadap nomor-nomor yang tidak cocok ini, saya selalu bertanya, "Kok nomornya tidak sama, Pak?" Jawaban mereka macam-macam. Ada yang memberi alasan karena mobilnya dipakai adik; ada yang bilang motornya sedang diperbaiki di bengkel; ada pula yang mengatakan bahwa dia menggunakan aplikasi bapakny; dan sebagainya.
Kepada para pengemudi dengan ragan alasan ini, saya biasanya tidak banyak berkomentar (komplain). Sebagai "hukuman", tidak ada lima bintang untuk mereka di aplikasi. Diamnya saya ini tidak berarti karena saya menyetujui perbuatan mereka, tetapi lebih karena saya ingin memahami. Saya percaya, orang-orang ini tentu mempunyai alasan yang bisa dipertanggungjawabkan.
Namun, sebagai pelanggan yang telah dimudahkan urusannya oleh kehadiran Grab, saya merasa ikut bertanggung jawab untuk pengembangannya. Pada titik ini, kadang saya merasa dilema. Di satu sisi, saya ingin perusahaan ini semakin maju dan profesional. Namun di sini lain, saya menjumpai penyedia jasa (driver) yang tidak tertib, terutama soal nomor kendaraan yang tidak cocok tadi. Beberapa kali, saya ingin sekali menulis hal ini di kolom komplain yang ada di aplikasi, agar semakin profesional. Namun, saya tidak sampai hati terhadap para pengemudi yang melenceng itu. Karena akibatnya bisa fatal, mereka bisa kenah suspensi, bahkan aplikasinya tidak bisa digunakan lagi.
Pernah satu kali, saya memesan Grab. Dalam aplikasi terlihat jelas nama driver-nya dengan foto yang keren, lengkap dengan nomor kendaraannya. Akan tetapi, yang menjemput saya adalah seorang bapak yang sudah tua dengan sepeda motornya yang tidak kalah tuanya. Jelas sekali, apa yang saya temui ini sama sekali tidak sesuai dengan apa yang tentera dalam aplikasi. Saat itu, saya memakai jasanya tanpa komentar apa-apa. Yang terlintas dalam pikiran saya, orang tua ini membutuhkan pekerjaan untuk mendapatkan sepeser rupiah.
Saya pernah mengungkapkan kegalauan saya ini kepada seorang pengemudi Grab pada suatu ketika. "Pada prinsipnya, itu salah. Tapi, selama hal itu tidak merugikan pelanggan, menurut saya tidak masalah," begitu tanggapannya. Kalau mau dicermati, jawaban ini terlihat bijaksana, tetapi pada waktu yang sama, ia telah mencederai profesionalitas seorang penyedia pelayanan publik.

Frateran BHK Oro-oro Dowo 58, Malang
08 Agustus 2019 | Walter Arryano
#sangtenang
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment