Saturday, 23 June 2018

SANTO WALTERUS

(Sebuah Catatan Reflektif - Remah-Remah Retret 2018)
Foto bersama setelah Retret 2018 Frater BHK
“Saudara Arianus, mulai sekarang namamu menjadi Frater Walterus,” kata Bapa Uskup Keuskupan Malang, Mgr. HJS. Pandoyoputro, O.Carm yang mempersembahkan misa penjubahan waktu itu kepada saya. Peristiwa itu terjadi pada 12 Juli 2005, tiga belas tahun lalu. Artinya sudah lebih dari sepuluh tahun saya tidak menyadari arti nama itu bagi perjalanan hidup saya sebagai seorang Frater Bunda Hati Kudus. Padahal dulu saya memiliki alasan memilih Walterus sebagai nama biara saya. Hingga hari ini, ketika romo pembimbing retret mengembalikan penyadaran itu dalam diri, saya seperti baru bertemu kembali dengan sosok pemilik nama yang menjadi inspirasi hidup saya itu.
Frater Walterus V. J. van Hoesel adalah seorang frater Belanda. Dia memiliki banyak kecocokan dengan diri saya sebagai pribadi maupun tentang latar belakang keluarga. Sepenggal profil hidupnya yang saya baca pada buku kenangan bagi para frater pendahulu itu, sudah cukup memberi inspirasi kepada saya untuk memilih namanya sebagai nama biara saya.
“Saya yakin dia sekarang sudah bahagia di surga dan menjadi orang kudus yang selalu mendoakan saya!” Di pojok rohani, dalam kesempatan refleksi pribadi, saya tergerak untuk membatinkan kalimat itu. Sebuah ungkapan hati berdasarkan kesadaran baru terhadap arti sebuah nama. Saya merenungkan sosok yang tak saya sadari selama ini sebagai santo pelindung saya. Keyakinan itu berdasarkan alasan bahwa selama ini secara personal maupun kongregasional, saya (kita) selalu mendoakan keselamatan bagi semua saudara sekongregasi yang telah berpulang. Frater Walterus telah berkumpul dan berbahagia bersama Bapa Pendiri dan para frater yang lain dalam kediaman abadi di surga. Saya sungguh yakin, maka di penghujung permenungan hari itu, saya berkata, “Santo Walterus, doakanlah saya!”
Saudara ...
Apa yang paling membahagiakan selain memiliki keyakinan bahwa di pintu kemah abadi berdirilah seseorang yang menunggu kedatangan kita? Saya percaya, ketika saatnya tiba, frater Walterus menunggu saya di pintu surga dengan tangan terbuka dan siap menyambut kedatangan saya. Keyakinan itu mengajak saya mulai hari ini untuk selalu berdoa melalui perantaraan dan di bawah perlindungan frater (santo) Walterus.
Apabila inspirasi ini menjadi gerakan bersama kita secara kongregasional, berapa banyak santo yang terlahir dari rahim Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus. Mungkin ada yang memberi argumentasi bahwa para santo ini tidak diakui oleh Gereja. Bagi saya, apalah artinya pengakuan jika secara pribadi saya berkeyakinan bahwa saya memiliki seorang santo dari saudara setarekat yang senantiasa melindungi dan mendoakan saya dari surga!
Keyakinan ini membawa dampak yang lebih luas bagi persekutuan. Betapa banyak orang kudus BHK yang mengalirkan rahmat dari surga untuk perziarahan kongregasi ini dalam menjalankan tugas perutusannya. Mereka sangat berperan bagi perjalanan kongregasi sampai hari ini. Tentu saja selain orang-orang kudus yang dipilih oleh kongregasi sejak semula bersama sanak keluarga para frater yang telah berbahagia di surga. Mereka adalah Gereja Mulia BHK yang menjadi pendoa dan pelindung kongregasi bersama Para Kudus Allah. Pada titik ini, saya boleh mengungkapkan satu kalimat yang terinspirasi dari gagasan refleksi retret tahun ini, “Hidup dalam kelimpahan rahmat-Mu yang mengalir dari surga, itulah hidup yang sedang kujalani hari ini, ya Tuhan.”   

| Walter Arryano |
|Rumah Retret Andreas Fey, Malang, 23.06.2018 |
#sangtenang
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment