Sunday, 8 October 2017

KOLEKTE

biarkan pena berbicara
Ada sebuah keluarga kecil yang hidup sederhana. Sang ayah adalah tipe pria  yang super sabar dan sangat menyayangi keluarga kecilnya. Sementara sang ibu yang tidak banyak berbicara sangat telaten mengurus rumah tangga. Ia mengajari nilai-nilai hidup kepada putra-putrinya melalui praksis hidup yang dilakoninya saban hari. Keluarga ini dianugerahi dua orang anak dengan kepribadian yang sungguh terpuji. Walaupun mereka tergolong dalam keluarga menengah atas secara ekonomi, tetapi cara hidup yang berhaja membuat mereka disukai oleh tetangga sekitar yang hidupnya pas-pasan.
Ini sudah hari Minggu ke tiga sejak pertanyaan itu mulai berkecamuk di hatinya. Grace, si putri bungsu yang cantik itu masih ingat kesepakatan yang telah diputuskan bersama beberapa waktu lalu saat semua anggota keluarga berkumpul untuk menikmati santap malam bersama. Kala itu sang ayah mengusulkan supaya Grace bersama Dave, kakaknya menyisihkan sebagian uang jajan mereka selama seminggu sekolah untuk kolekte pada misa hari Minggu di ujung pekan. Demikian juga sang ayah dan ibu, mereka melakukan hal yang sama. Besar kolekte yang akan diberikan masing-masing juga disampaikan dalam "rapat" keluarga itu dan disetujui oleh semuanya. Tetapi kenapa ibunya seakan mengabaikan kesepakatan itu. Hal ini yang membuat Grace tidak tenang selama mengikuti Misa tiga hari Minggu terakhir ini dan terus bertanya dalam hatinya.
"Sayang, ibu nggak curang kok. Ibu selalu memberi kolekte sesuai janji ibu waktu itu. Hanya ibu belum cerita sama Grace ke mana kolekte ibu yang lainnya itu." Itu jawaban sang ibu saat Grace bertanya, agak protes ihwal kolekte ibunya yang selalu kurang dari kesepakatan. Lalu sang ibu mengajak Grace ke pasar di suatu hari libur dan menunjukkan di mana "kotak persembahan" yang ke dalamnya sang ibu biasa menaruh kolekte yang lain itu. "Sayang, begitulah selama ini ibumu menepati janjinya, sebagian dibawa ke gereja dan sebagian yang lain dimasukkan di kotak nenek renta yang sakit-sakitan itu," kata sang ayah menenangkan rasa penasaran putri kecilnya di suatu senja yang anggun.

Malang, 08.10.17
sang tenang

1 comment: