(Sebuah catatan reflektif tentang perayaan hari ulang tahun)
Pada Jumat, 20 April 2018, usia hidup saya di dunia ini genap 34 tahun. Untuk memaknai momen itu, saya membuat catatan sederhana dari hasil permenungan saya tentang perayaan hari ulang tahun kelahiran. Catatan singkat berikut ini berangkat dari empat kata kunci yang saya renungkan di hari istimewa itu, yaitu syukur, terima kasih, minta maaf, dan doakan.
SYUKUR Merayakan hari ulang tahun seyogyanya adalah kita merayakan syukur. Mengapa demikian? Karena napas kehidupan adalah anugerah istimewa dari Tuhan bagi setiap manusia. Tanpa itu, kita adalah benda mati tak bernyawa. Untuk itu, momen ulang tahun seharusnya menjadi saat bagi kita untuk merayakan syukur.
Bagi saya, ucapan syukur yang dirayakan pada hari ulang tahun ini tentu yang pertama bagi Tuhan, atas kemurahan anugerah-Nya yang masih memberi saya hidup sampai hari ini. Kedua, saya juga bersyukur atas rahmat panggilan hidup membiara yang saya terima dari Tuhan. Atas rahmat itulah, pada setiap kali merayakan hari ulang tahun selama ini, saya selalu didoakan. Secara kongregasional, para frater di komunitas-komunitas mendoakan saya. Sanak keluarga, para sahabat, dan kenalan juga turut mendoakan saya dengan harapan-harapan yang terbaik bagi hidup saya selanjutnya.
Ini adalah upah dari pilihan hidup saya di jalan panggilan-Nya. Saya katakan demikian, karena tradisi merayakan hari ulang tahun tidak pernah saya alami waktu masih di rumah. Selama belasan tahun sebelum masuk biara, saya sulit memastikan apakah dulu saya sadar bahwa setiap 20 April itu adalah hari ulang tahun saya. Saya tidak yakin. Maka wajarlah bila kebiasaan merayakan hari ulang tahun yang selalu dilakukan di biara membuat saya merasa sangat bersyukur. Karena saya merasa begitu istimewa.
TERIMA KASIH
Sebagaimana pada momen-momen istimewa lainnya, seperti kelahiran, kelulusan, wisuda, pernikahan, dan sebagainya, pada hari ulang tahun kita mendapatkan perhatian khusus dari orang-orang terdekat. Selain mendapatkan ucapan selamat dan hadiah, kita juga dipestakan. Pada momen ini, kita diayubahagiakan dan menjadi fokus perhatian.
Di dalam biara, hal seperti ini merupakan suatu kelaziman. Sejak 2004 menjadi penghuni biara, hampir setiap tahunnya saya dipestakan. Para frater, rekan kerja, dan kenalan berkumpul untuk bergembira dan makan bersama. Kadang saya berpikir, apa nilai tambahnya dari perayaan itu, bukankah itu hanya membuang-buang waktu, tenaga, dan anggaran untuk menyiapkan makanan dan lain-lainnya. Apalagi dengan tugas saya sebagai pengurus rumah tangga, bagaimana mungkin saya menyiapkan macam-macam untuk memestakan diri saya sendiri.
Namun, poinnya bukan di situ. Merayakan hari ulang tahun juga merupakan saat yang tepat untuk memperat ikatan persaudaraan di antara konfrater. Setiap hari para frater sibuk dengan tugasnya masing-masing. Bertemu dan berkumpul bersama di hari ulang tahun seorang anggota memberi peluang untuk membangun spirit persaudaraan. Di momen itu kita mendapat perhatian istimewa dari para saudara, tentu selain doa-doa dan harapan-harapan yang diungkapkan secara pribadi maupun bersama-sama. Untuk ini, ucapan terima kasih adalah keniscayaan. Ucapan terima kasih yang terlahir dari kedalaman hati yang tulus kiranya penting diungkapkan sebagai bentuk apresiasi yubilaris bagi setiap bentuk perhatian yang diterimanya.
MINTA MAAF
Sebagai manusia kita tak bisa terlepas dari kealpaan. Kita adalah manusia yang tidak sempurna. Setiap kita pernah melakukan kekeliruan, entah melalui kata-kata maupun perbuatan. Oleh karena itu, kita wajib melakukan rekonsiliasi agar keutuhan hidup bersama tetap terjaga.
Di dalam hidup membiara, keragaman anggota merupakan sesuatu yang lumrah. Di dalamnya berkumpul orang-orang dari berbagai latar belakang yang berbeda. Hal inilah yang kemudian berpotensi menciptakan konflik. Gesekan-gesekan antar anggota di dalam biara merupakan hal yang normal dan wajar terjadi. Namun, jalan keluar atau pemecahan masalah menjadi usaha bersama yang harus dilakukan demi terciptanya komunitas persaudaraan yang penuh kasih.
Menurut saya, momen merayakan hari ulang tahun bisa menjadi waktu yang ideal untuk tujuan ini. Anggota yang berpesta perlu dengan rendah hati mengakui kekurangannya di hadapan para saudara. Mungkin dalam kehidupannya sehari-hari, melalui tutur kata dan tindakannya yang tidak patut, dia telah menjadi batu sandungan bagi yang lain. Dalam kesempatan ini baiklah dia menyampaikan permohonan maafnya. Tentu kita membutuhkan sikap rendah hati dan kejujuran sebagai landasan untuk mewujudkan tujuan ini. Langkah ini perlu dilakukan sebagai bentuk pembaruan diri. Kita mengevaluasi diri sambil memikirkan apa saja yang akan dilakukan sebagai upaya pembenahan pada hari-hari selanjutnya.
DOAKANDoa adalah sumber kekuatan bagi setiap orang beriman. Melalui doa, orang membangun relasi yang dekat dengan Tuhan. Sebagai sebuah persekutuan orang beriman, kita perlu saling mendoakan. Sudah pasti orang yang dirayakan ulang tahunnya didoakan secara khusus dengan harapan-harapan yang terbaik bagi dirinya. Ini adalah bentuk perhatian rohani bagi saudara yang berpesta.
Namun, perjalanan hidup tidak terbatas pada momen hari ulang tahun. Masih ada hari esok dengan seabrek tugas dan tangung jawab serta tantangan-tantangan yang harus dihadapi. Oleh karena itu, pada momen ini baiklah juga kita dengan rendah hati meminta dukungan dari para saudara untuk mendoakan kita. Mengharapkan doa-doa dari sesama anggota berarti kita mempercayakan diri kita kepada uluran tangan persekutuan. Dengan demikian kita akan maju bersama dalam semangat persaudaraan yang saling menumbuhkan.
Oro-oro Dowo 58, Malang
21 April 2018 | Walter Arryano
21 April 2018 | Walter Arryano
#sangtenang