Monday, 26 March 2018

MEMBICARAKAN IDENTITAS MELALUI TULISAN

Saya kira Anda pernah berpikir bahwa dengan menulis sebenarnya Anda sedang mengungkapkan jati diri Anda sendiri. Siapa diri Anda dengan segala kelebihan dan kekurangannya, sadar atau tidak, tergambar dalam karya tulis yang Anda hasilkan.
Saya masih ingat, saat menjalani masa pembinaan menjadi frater dulu, para formator beberapa kesempatan meminta kami untuk menulis. Ini bukan bagian dari latihan menulis, tetapi sebenarnya mereka ingin mengenal kepribadian kami masing-masing melalui tulisan yang dihasilkan. Dari situ, selanjutnya kami diarahkan. Artinya, setelah mengetahui siapa diri kami melalui tulisan tadi, selanjutnya mereka menemukan arah ke mana masing-masing kami akan didampingi. Tentu saja para formator ini memahami dan memiliki kompetensi dalam bidang itu.
Dalam dunia psiko-spiritual (yang saya pahami hanya sedikit), ada beberapa metode yang digunakan untuk mengenal kepribadian seseorang. Di antaranya melalui simbol, menggambar, mewarnai, dan menulis. Suatu kali saya menggambar sebuah pemandangan di laut. Di sana ada perahu kecil di tengah lautan yang luas dengan sebuah daratan yang menjadi tujuan perahu itu berlayar.
Perahu itu adalah simbol diri saya yang sedang berjalan. Sebagaimana manusia pada umumnya, kita adalah para peziarah (homo viator) yang sedang berjalan menuju keabadian. Saya melalui pilihan hidup yang sedang saya jalani saat ini adalah bagian dari perziarahan itu. Di tengah laut (jalan) kadang-kadang saya menjumpai ombak yang menciutkan nyali, ada hujan badai dan sengatan matahari, dan ada juga makhluk-makhluk laut yang mengerikan. Itulah aneka tantangan dengan beragam wujud dan tingkat kekuatan yang mengganggu perjalanan hidup saya. Saya bersyukur karena ada banyak orang yang berjalan bersama saya. Mereka adalah orang tua, para formator, konfraters, rekan-rekan kerja, dan tentu saja Dia Sang Pemanggil. Mereka berjalan bersama saya melalui dukungan, doa, dan bentuk-bentuk perhatian lainnya.
Suatu kali saya memilih kertas putih sebagai simbol diri saya. Lalu saya menulis dengan mengambil posisi sebagai sang kertas yang sedang bercerita. Menarik ketika kita mampu masuk ke dalam dunia kertas dan secara jujur mengatakan tentang dirinya. Melalui metode ini sebenarnya kita dibawa masuk ke dalam dunia diri kita yang sesungguhnya. Itu juga merupakan pengalaman saya.
"Mereka yang lancar menulis tentang simbolnya dan tidak membuang banyak kertas karena dianggap salah, merekalah orang-orang yang cukup mengenal dirinya." Saya ingat itu kata-kata pembina saya. Tentang menulis simbol kertas putih tadi, saya ingat ada dua kertas yang saya gunakan, yang pertama kertas buraman berisi coretan awal, yang kedua adalah kertas bersih berisi tulisan saya yang sudah jadi setelah melalui proses editing versi saya yang dulu. Sekali lagi, ini pengalaman saya. Lalu apa hubungannya dengan judul tulisan saya ini?
Belakangan ini, kita menemukan aneka karya tulis yang berserakan di lapak media sosial pribadi maupun grup-grup yang diikuti. Ada bermacam-macam bentuk tulisan oleh beragam penulis dengan latar belakang yang bervariasi pula. Sadar atau tidak, melalui karya tulis tersebut, kita sebenarnya sedang menceritakan siapa diri kita kepada para pembaca. Maksud saya, ini tidak hanya tentang mengaktualisasikan diri, tetapi kita sedang membicarakan kepada orang lain tentang kepribadian kita yang lebih dipengaruhi oleh dorongan alam bawah sadar. Ingat, ada teori yang mengatakan bahwa seorang pribadi normal dikendalikan oleh 80 % alam bawah sadar dan 20 % alam sadar.
Dengan demikian, melalui tulisan yang dibagikan, kita sebenarnya bisa mengenal kepribadian penulisnya. Saya menulis beberapa contoh berikut ini. Ada tulisan yang terlihat rapi, terartur, serta konstruksi idenya mengalir secara runtut. Ini pasti karya tulis dari mereka yang hidupnya "jelas" dan teratur, tidak mbulet. Kita pernah membaca tulisan yang walaupun sederhana, tetapi ditulis dengan baik, menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar berdasarkan EYD. Tulisan tersebut dihasilkan oleh mereka yang dalam hidupnya tidak tertarik untuk menyusahkan orang lain. Dia adalah orang yang sederhana dalam kata dan tindakannya, tetapi menyenangkan bagi orang lain. Soal konsistensi, tak jarang kita membaca tulisan-tulisan yang tidak konsisten. Misalnya dalam satu tulisan, ada yang mulanya dia menulis "saya", tetapi di bagian lain dia menggunakan "kami". Ini hanya satu contoh kecil. Namun, si penulis mungkin tidak sadar bahwa dia sedang memperkenalkan dirinya yang kurang (tidak) konsisten.
Masih banyak contoh lain yang bisa ditulis di sini. Pada intinya, kita akan dibawa kepada pengenalan akan kepribadian penulis melalui tulisannya. Gagasan saya ini mungkin ada teorinya, saya tidak tahu, tetapi saya hanya ingin membagikan apa yang pernah saya pahami. Argumen ini dilatarbelakangi oleh pengalaman saya sendiri sebagaimana yang sudah saya utarakan di atas. Saya tidak bermaksud menyinggung atau mengevaluasi siapapun. Ini murni sharing gagasan yang bersumber dari pengalaman pribadi. Saya kira, ide ini baik juga kalau digunakan untuk mengenal teman (sahabat) yang selama ini kita jalin melalui jembatan maya di bawah kendali kedua jempol jari tangan kita masing-masing. Salam literasi. †Deo Gratias.
Readmore → MEMBICARAKAN IDENTITAS MELALUI TULISAN