Pada 30 Juni 2016
(setahun yang lalu), saya mengadakan perayaan syukuran Kaul Kekal saya bersama
keluarga besar di kampung halaman, kampung Kekadori, Paroki Santa Maria Bunda
Karmel Rajawawo, Keuskupan Agung Ende, Flores. Perayaan syukur tersebut diawali
dengan Misa Syukur yang dipersembakan oleh Pastor Paroki, RD. Seferinus Meno
bersama dua Imam konselebran dan seorang Diakon. Berikut ini adalah catatan kotbah
dari RD. Rudolf Eka, romo yang membawakan kotbah mewakili keluarga besar dalam
perayaan syukur tersebut.
Kita mendengarkan kisah Injil tentang Allah yang menawarkan Maria untuk
bekerja sama, mengambil bagian dalam karya keselamatan. Kisah ini diberi judul
oleh Lukas: “Pemberitahuan tentang kelahiran Yesus”. Pengijil Lukas melukiskan
dengan jelas tentang waktu-waktunya, tokoh-tokohnya dan lokasi dengan amat
detail. Lukas mengawali cerita dengan berkisah tentang kedatangan malaikat
Allah, pembawa kabar, Gabriel namanya. Yakni bulan yang keenam, dengan tempat
yang jelas yaitu di dusun Nasareth, wilayah Galilea. Kepada orang yang telah
ditentukan oleh Allah sejak awal mula, seorang perawan yang saat itu sedang
betunangan dengan Yusuf dari keturunan Daud, namanya Maria.
Menurut Lukas, di awal jumpa, oleh malaikat Maria disapa, “salam hai
engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau”. Dan ketika mendengar salam
dari malaikat ini, Maria terkejut, kaget. Terkejut bisa karena alasan Maria
sedang konsentrasi penuh kepada pekerjaan yang sedang dia geluti. Terkejut bisa
saja karena dia sedang fokus dengan pekerjaan rumah yang sedang menyita pikiran
dan tenaganya. Terkejut bisa juga karena salam itu berasal dari sosok yang
belum dikenalnya, seorang malaikat dari istana suci, surga. Dan Lukas
mengungkapkan alasan keterkejutan Maria karena ia tidak mengerti arti salam
dari malaikat itu. Karena itulah, setelah terkejut Maria bertanya dalam
hatinya, “apa arti salam itu?”
Maria begitu gelap saat itu untuk memahami isi dan maksud di balik salam
dari malaikat Tuhan itu. Rupanya malaikat tahu apa yang sedang ada dalam
pikiran dan hati Maria, sehingga ia berusaha untuk meneguhkannya, “jangan takut
hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.” Dan tanda
kasih karunia Allah kepada Maria adalah Allah memakai rahimnya untuk mengandung
Putera-Nya Yesus, Sang Almasih Terjanji. Allah memakai Maria bukan karena Maria
cantik parasnya, bukan karena Maria elok wajahnya, bukan karena Maria indah
berpenampilan dan macam-macam ekspresi fisik, lahiriah lainnya. Allah memakai
Maria untuk mengandung Putera-Nya karena sejak awal mulanya Maria telah ada
dalam rancangan Allah untuk terlibat dalam karya keselamatan. Rancangan Allah,
kudus adanya. Itulah sebabnya Maria tidak ternoda, ia terbebas dari dosa asal.
Hidupnya sederhana dan selalu menjaga kesucian jiwa dan raganya. Maria tidak
seperti gadis Nasareth pada umumnya atau gadis-gadis sekarang pada khususnya,
yang gampang jual diri, gampang dinodai.
“Sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah” merupakan
kata-kata peneguhan dari malaikat kepada Maria. Bagi Maria, malaikat adalah
tamu asing yang membawa kabar baik. (Tidak seperti tamu orang sendiri yang
sering datang bawa penyakit). Bagi Maria, malaikat adalah tamu dari luar yang
membawa kabar sukacita. (Tidak seperti tamu dari satu kampung halaman yang
sering datang bawa masalah dan persoalan). Bagi Maria, malaikat adalah tamu
dari seberang yang mengajak untuk bekerja sama. (Tidak seperti tamu dari negeri
sendiri yang suka datang membawa perpecahan dan konflik). Bagi Maria, malaikat
adalah tamu yang tak dikenal yang berjumpa dengan membangun dialog yang sehat
dan menyejukkan. (Tidak seperti tamu dari samping rumah yang datang bawa
cercaan, hinaan, fitnah). Bagi Maria, malaikat adalah tamu dari surga,
penyambung lidah dan maksud Allah apa adanya. (Tidak seperti tamu orang-orang
dunia yang suka tambal sulam kisah, kurang tambah berita, mengarang ulang
cerita yang membingungkan banyak orang untuk boleh memastikan kebenarannya).
“Sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah” merupakan
pernyataan Allah untuk menegaskan betapa Maria sungguh berkenan di hadirat
Allah. Allah tahu sungguh hidup Maria. Dia tidak bercacat, tidak bercela.
Seluruh hidupnya terarah dan berserah kepada kuasa penyelenggaraan Allah. Dia
seorang yang takut akan Allah. Pengelaman terkejutnya ketika mendengar salam
dari malaikat Tuhan yang menyatakan bahwa ia berkenan di hadirat Allah dan
bahwa ia akan mengadung dan melahirkan seorang Anak yang akan disebut Anak
Allah Yang Maha tinggi merupakan suatu karunia yang terlalu besar bagi dia,
seorang gadis sederhana, perempuan yang biasa-biasa saja, hidupnya di desa,
tidak mempunyai pengaruh yang berarti di dalam masyarakat. Maria merasa bahwa
rahmat itu mungkin lebih pantas untuk para penguasa yang tinggal di istana,
kaum terpelajar yang biasa mengajar dan mendidik banyak orang, pada cendik
pandai di sekitar kenisah Yerusalem, yang hari-hari baca kitab suci, punya
pengaruh besar dalam masyarakat dan memiliki pengikut yang banyak. Namun, Lukas
melukiskan bahwa akhirnya Maria tidak bisa menghindar dari jalan yang ditunjuk
Tuhan. Maria tidak bisa menolak akan apa yang Allah tawarkan kepada dirinya,
karena ia terlanjur mengasihi Tuhan yang ia sembah. Karenanya ia berkata
pasrah, “aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu.” Maria
sadar benar bahwa ia hanyalah seorang hamba. Ia hanya melakukan apa yang bisa
ia lakukan, ia hanya melakukan apa yang Tuhan sendiri mau.
“Sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah” adalah motto yang
dipilih fr. Walter pada puncak kaulnya yang dikenal dengan kaul kekal. Kaul
kekal bukan puncak dari seluruh pergumulan batinnya. Kaul kekal bukan ujung
dari seluruh pencarian diri. Kaul kekal adalah simpul dari kaul-kaul sementara
yang kini menjadi dasar yang menentukan keberkanjangannya atas panggilan Allah
dalam tugas dan karya pelayanannya selanjutnya.
“Sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah”, sebuah motto yang
indah sebagai ungkapan keyakinannya bahwa seluruh hidup dan perjuangannya sejak
awal dia dipanggil sampai saat ini merupakan hasil dari belaskasih dan karunia
Allah sendiri. Dia hanya bisa seperti yang sekarang ini karena Tuhan sendiri
yang menghendaki. Rian kecil yang dulu biasa-biasa saja, tidak terlalu
diperhitungkan di dalam rumah, di tengah kampung halaman, kini sudah berubah
menjadi seorang Walter yang pantas dibanggakan. Rian kecil dengan segala masa
lalunya, yang sempat menghilang dari tengah keluarga, dari tanah tumpah darah,
kini hadir kembali sebagai Walter baru yang siap diutus. Perutusan di tengah
dunia yang penuh dengan tantangan, yang sarat dengan persoalan dan masalah teristimewa
di dunia pendidikan, pembinaan kaum muda. Senjata anda tidak lain adalah Firman
Allah dan spiritualitas pencetus, pengembang devosi BHK yang kini menjadi
kongregasi besar dan berpengaruh bagi dunia.
Belajar dari pencetus biara anda yang selalu gelisah akan perkembangan
iman tunas-tunas muda, yang selalu prihatin dengan hidup rohani orang muda
kristiani, yang kemudian memandang pendidikan iman dalam sekolah menjadi
sesuatu yang pantas dan penting, urgent
dan harus disikapi agar semakin banyak generasi muda yang dibawa lebih dekat
dengan Yesus, Sang Jalan, Kebenaran dan Hidup. Tugas ini juga telah dilakukan
Maria yang dalam kesederhanaannya, yang mempunyai hubungan batin begitu
mendalam dengan Puteranya, dengan segala kesederhanaan mengantar kita semua kepada
sumber kekayaan, Hati Yesus sendiri. Di sanalah kita mengalami sukacita dan
kegembiraan hidup dan dari sana kita mengerti sungguh bahwa cinta kasih yang
telah Yesus tunjukkan, ketaatan yang telah Yesus jalankan, ingkar diri yang
telah Ia hayati, kesederhanaan yang telah Ia lakoni, semuanya demi kebaikan dan
keselamatan kita. Kalau Tuhan sendiri lebih dahulu mengasihi kita, menjadikan
kita orang-orang perkenaan-Nya dan memakai kita sebagai alat keselamatan-Nya,
baiklah kita juga melakukannya untuk keselamatan sesama kita. Tidak usah
jauh-jauh, mulailah dari dalam rumah.
Ema Rian, kau se’a ‘ka
ndeka wozo ndena, kau sadho ‘ka ndeka wozo erha. Ema, ndena ko wozo pasti zatu
ne’e watu-watu lo’o. Mbana kodho mozo-mozo wi ma’e soi sedho. Mbana ma’e bhaze
zonggo, wi ma’e sidi joro. Mbana sai ri’a-ri’a, mbana ndeka rhaza masa, pao
ndeka wesa sia. Kema si dhu jeka, tau si dhu mbeja. Kema ata ngere ine ema na’u
nena, peze si so merhe, tau perha ae seru ko’o Ngga’e dewa. Pata si so zewa,
tau nunga ae ngasi ko’o Yesus Anak Allah. Ema Rian, mozo sa pasa ozo na’u kami se
mbeja, sepo jaga ri’a-ri’a, rhaza ata kita pizi tau mbana. Amin.
Malang, 30 Juni 2017
Ditulis kembali oleh fr. Walter