Tuesday, 25 April 2017

Untukmu Bapak kami

(suara dari kaum yang tak bersuara)

Sembilan puluh lima tahun silam,  
di tanah Velno, negeri Belanda,
engkau hadir sebagai hadiah dari Surga.
Sejak enam puluh enam tahun lalu,
engkau hadir di negeri ini sebagai bapak bagi kami,
kami yang miskin, terlantar dan penyandang disabilitas.

Romo,
engkau adalah imam bagi kami yang merindukan Allah,
engkau adalah gembala bagi kami yang tersesat,
engkau adalah pastor bagi kami, Gereja yang berziarah,
engkau adalah guru bagi kami yang berjuang memerangi kebodohan,
engkau adalah pendidik bagi kami yang menuntut ilmu,
engkau adalah sahabat bagi kami yang ditinggalkan,
engkau adalah penghibur bagi kami yang kesepian,
engkau adalah harapan bagi kami yang kehilangan arah, dan
engkau adalah orang tua bagi kami yang yatim piatu.

Ayah,
hidupmu adalah segalanya bagi kami:
engkau menjadi ibu yang menyusui kami,
engkau menjadi bapak yang menjaga kami,
engkau menjadi dokter yang menyembuhkan kami,
engkau adalah mata bagi kami yang buta,
engkau adalah telinga bagi kami yang tuli,
engkau adalah mulut bagi kami yang bisu,
engkau adalah tangan bagi kami yang cacat, dan
engkau adalah kaki bagi kami yang lumpuh.

Bapak,
terima kasih atas cintamu bagi kami dan cintamu bagi negeri ini.
Selamat jalan! Beristirahatlah dalam damai di kemah abadi, surga-Nya!
Doakan kami yang masih berziarah ini.

RIP, Romo Prof. Dr. Paulus Janssen, CM 
(Malang, 20 April 2017)
Readmore → Untukmu Bapak kami

MEDALI Children Camp

SDK Mardi Wiyata 1, salah satu unit karya Yayasan Mardi Wiyata sub perwakilan Malang mengadakan camping rohani di Dusun Sahabat Alam, Karangploso, Malang. Kegiatan di luar sekolah bertajuk “MEDALI Children Camp” ini dilaksanakan pada 17-18 Maret 2017 dan diikuti peserta didik kelas IV dan V. Kata MEDALI dalam tajuk kegiatan tersebut adalah singkatan dari Mengembangkan Mental dan Edukasi Lingkungan. Dua pokok yang terkandung dalam tajuk tersebut merupakan kegiatan utama dari salah satu program kegiatan sekolah di luar kelas ini.

Fr. M. Faustinus, BHK selaku kepala sekolah, dalam sambutannya pada apel pembukaan kegiatan menandaskan bahwa aspek yang ingin dikembangkan dalam kegiatan tersebut adalah aspek kerohanian (spiritual), pengembangan mental (pendidikan karakter) dan pengetahuan (kognitif). Ketiganya dikemas melalui beberapa aktivitas selama camping rohani berlangsung. “Kegiatan ini adalah bagian dari program sekolah untuk mengembangkan tiga aspek dalam diri peserta didik, yaitu rohani, mental dan pengetahuan. Anak-anak akan dibantu oleh tim untuk mengembangkan ketiga aspek tersebut melalui berbagai aktivitas yang telah disiapkan tim outbound Dusun Sahabat Alam bersama bapak dan ibu guru pendamping”, tegasnya.

Beberapa aktivitas yang dilaksanakan dalam MEDALI Children Camp ini berangkat dari ketiga aspek sebagaimana yang ditegaskan kepala SDK Mardi Wiyata1 Malang dalam sambutannya tersebut, yaitu: aspek rohani dengan kegiatan-kegiatannya berupa ibadat sabda pembukaan kegiatan, doa-doa di awal dan akhir hari, renungan dan pemaknaan api unggun dan doa-doa di awal dan akhir suatu kegiatan bersama. Aspek pengetahuan meliputi pendalaman materi tentang pengelolaan sampah yang dilanjutkan dengan pengamatan secara langsung cara mengelola sampah (sampah komunal dan sampah indi) dan kegiatan pengamatan cara perkembangbiakan ikan. Sementara itu, kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan mental dilakukan melalui tracking alam (menyusuri sungai, tebing, sawah dan ladang) outbound character building, culture show dan beberapa games menarik lainnya. Selain itu, ada beberapa pembiasaan yang ditanamkan kepada peserta didik dalam seluruh proses kegiatan tersebut, misalnya kepemimpinan, tanggung jawab, kemandiriaan, kepecayaan diri, dan mencintai lingkungan dan budaya.

Nilai-nilai adalah mutiara berharga yang dimiliki anak-anak. Lembaga pendidikan SDK Mardi Wiyata 1 Malang melalui programnya membantu peserta didik untuk menggali dan menemukan nilai-nilai itu. Harapannya agar nilai-nilai yang ditemui dan pembelajaran yang dilakukan dalam seluruh kegiatan MEDALI Children Camp ini membatin dalam diri anak-anak dan menjadi bekal bagi mereka untuk bertumbuh menjadi anak yang berprestasi, berkarakter kuat dan berakhlak mulia. Hal ini ditegaskan oleh frater Faustin dalam sambutannya pada apel penutupan camping rohani tersebut. “Ada banyak nilai yang berhasil ditemukan dalam kegiatan-kegiatan dua hari ini. Anak-anak sudah mampu memaknai semua proses internalisasi nilai-nilai melalui berbagai aktivitas dalam program MEDALI Children Camp ini. Harapannya agar nilai-nilai yang menjadi mutiara berharga bagi anak-anak itu mampu diwujudkan dalam kehidupan anak-anak sehari-hari, di rumah maupun di sekolah, sehingga anak-anak semakin bertumbuh menjadi anak yang berprestasi, berkarakter kuat dan berkakhlak mulia”, pungkas frater yang sejak Juli 2014 menjadi pemimpin SDK Mardi Wiyata 1 Malang ini.
Readmore → MEDALI Children Camp

Thursday, 20 April 2017

Spiritualitas Hari Ulang Tahun

Setiap orang memiliki hari-hari istimewa dalam hidupnya. Ada hari kelahiran, hari pertama masuk sekolah, hari wisuda, hari pertama kali bertemu pasangan, hari pernikahan, dan sebagainya. Sepanjang usia seseorang, ada satu hari yang menjadi hari kelahirannya. Hari ini ditetapkan sebagai penanda dia memulai hidupnya di dunia ini, di luar rahim ibunya. Karena ini merupakan salah satu hari istimewa dalam hidupnya, maka tidak heran setiap tahun akan selalu diperingati. Berbagai bentuk peringatan dilakukan untuk mengenang dan memberi makna pada hari yang khusus ini. Dalam beberapa kebudayaan, memperingati hari ulang tahun seseorang biasa dilakukan dengan mengadakan pesta ulang tahun bersama keluarga dan sahabat kenalan. Hadiah juga sering diberikan kepada orang yang merayakannya. Pada momen seperti ini, sudah menjadi kebiasaan untuk memperlakukan seseorang secara istimewa pada hari ulang tahunnya. Hal ini pula yang menjadi latar belakang populernya perayaan atau pesta ulang tahun hingga hari ini.

Dalam hidup membiara, merayakan hari ulang tahun kelahiran bagi seorang anggota menempati posisi spesial di antara hari-hari khusus yang berkaitan dengan kehidupan membiara. Ada beberapa spirit yang bisa dimaknai dari perayaan perekat tali persaudaraan ini. Berikut ini akan diuraikan poin-poin spiritualitas yang bisa ditimba dari perayaraan hari ulang tahun dalam konteks kehidupan membiara.

Momen mensyukuri anugerah Allah dan evaluasi diri
Nafas kehidupan adalah anugerah Allah yang paling berharga. Setiap orang yang dilahirkan ke dunia ini dan hidup, ia telah menikmati anugerah itu. Oleh karena itu, memperingati hari ulang tahun kelahiran adalah momen istimewa untuk mensyukuri hadiah terindah dari Tuhan ini. Ini menjadi saat yang tepat untuk merayakan syukur atas rahmat kehidupan yang diterima, buah kasih, pemberian Sang Ilahi. Hal ini penting karena dalam realitanya ada banyak orang yang tidak mengalaminya. Ada anak yang belum sempat lahir tapi sudah meninggal dalam rahim ibunya. Ada orang yang kelihatannya segar bugar tapi dalam sekejap sudah kehilangan nafas hidup. Ada orang yang berjuang antara mati dan hidup karena sakit penyakit yang menggerogotinya. Ada pula yang harus meninggal walau masih belia karena memang begitulah jalan hidup yang sudah digariskan oleh Yang Mahakuasa. Dengan demikian, bagi kita yang masih diberi kesempatan untuk hidup, perayaan hari ulang tahun kelahiran menjadi momen berahmat untuk mengucap syukur dan terima kasih kepada Sang Pemberi hidup, yaitu Allah sendiri.

Kita juga bisa memanfaatkan kesempatan ini sebagai saat untuk merefleksikan kembali perjalanan hidup kita yang telah berlalu. Sejauh mana hidup kita telah memberi “hidup” bagi sesama kita? Apakah kehadiran kita telah memberi arti bagi kehidupan orang lain? Ataukah malah sebaliknya, kita menjadi beban bagi sesama, kita menjadi batu sandungan bagi orang lain? Demikian pertanyaan reflektif, pemandu permenungan kita untuk melihat kembali jalan hidup kita yang telah dilalui, sambil menyiapkan niat-niat apa yang perlu direalisasikan dalam hidup kita di hari-hari yang akan datang. Perayaan hari ulang tahun kelahiran juga menjadi momen mengevaluasi diri.

Membagi semangat persaudaraan   
Salah satu spirit yang diusung oleh para pelaku hidup membiara adalah berbagi hidup dengan sesama saudara. Hidupku adalah hadiah bagi saudaraku, demikian sebaliknya, saudaraku adalah hadiah bagi hidupku. Untuk menerjemahkan spirit tersebut, perayaan hari ulang tahun bisa menjadi wadahnya. Hari ulang tahun kelahiran merupakan hari istimewa konfrater kita. Oleh karena itu, memberi perhatian lebih di hari istimewanya ini menjadi suatu keharusan. Wujudnya bermacam-macam, bisa berupa mendoakan saudara kita secara pribadi maupun bersama dan mempersembahkannya dalam kurban Ekaristi, memberi hadiah dan ucapan selamat, ikut bergembira bersamanya, dan sebagainya. Berbagai bentuk perhatian itu adalah dukungan yang bisa kita lakukan kepada saudara yang berulang tahun. Ini semua adalah langkah-langkah sederhana untuk mempererat dan membagi semangat persaudaraan.

Selain itu, berkumpul untuk makan bersama, merayakan hari ulang tahun seorang anggota juga menjadi sarana perekat spirit fraternitas. Hampir semua biara merayakan hari ulang tahun bagi anggotanya dengan makan bersama. Penekanannya bukan terletak pada makan-makannya tetapi lebih pada kebersamaannya. Ini berarti selain ikut bergembira dengan yang berulang tahun, berkumpul untuk makan bersama, merayakan hari ulang tahun seorang anggota memberi ruang dan waktu bagi kita untuk berkumpul bersama konfrater yang lain dalam semangat persaudaraan. Setiap anggota diberi tugas dan tanggung jawab sebagai karya perutusan yang diembannya. Konsekuensinya dia memiliki keterbatasan waktu untuk bertemu, berbagi, bergembira bersama dalam suasana persaudaraan. Dalam hal ini, kesempatan merayakan hari ulang tahun sesama anggota menjadi sangat berarti demi mempererat semangat persaudaraan.

Semangat kesederhanaan
Perayaan ulang tahun sebagaimana perayaan-perayaan lainnya tidak terlepas dari acara makan-makan. Namanya pesta selalu identik dengan makan enak dan berlimpah. Hal ini menimbulkan kesan yang kurang sejalan dengan semangat kesederhanaan yang menjadi kekhasan para pelaku hidup bakti. Ini menjadi tantangan bagi kita yang mengikrarkan kaul kemiskinan. Jangan sampai nada sindiran yang berbunyi seperti, “mereka (kaum berjubah) yang mengucapkan kaul, kita (umat/kaum sederhana) yang menghayatinya, benar-benar terjadi pada kita. Kritikan itu perlu kita perhatikan bukan karena ingin terhindar dari sasaran sindirian tetapi memang demikianlah seharusnya, bahwa hidup kita, para penghayat kaul kemiskinan tetap berlandaskan semangat kesederhanaan dan ugahari.

Berkaitan dengan ini, ada persoalan lain terjadi dalam komunitas-komunitas biara. Ada anggota yang sangat anti jika hari ulang tahunnya dirayakan dengan makan-makan enak dan berlimpah. Tapi ada juga anggota yang merasa kurang diperhatikan jika hari ulang tahunnya tidak ada pesta. Menghadapi hal ini, peran pemimpin komunitas menjadi penting untuk memutuskan yang tepat dan baik bagi semua. Tentu melalui dialog untuk mencapai kesepakatan dalam suasana persaudaraan bersama seluruh anggota. Prinsipnya, anggota perlu mendapat perhatian lebih di hari ulang tahun yang merupakan hari istimewanya dan semangat kesederhanaan jangan sampai dikalahkan oleh dorongan kedagingingan kita.
Readmore → Spiritualitas Hari Ulang Tahun