Friday, 25 March 2016

Misteri Jumat Agung

Hari ini bersama umat Kristiani di seluruh dunia, aku merenungkan kisah sengsara Tuhan Yesus. Peristiwa penyaliban Tuhan itu bermula pada pengadilan Yesus di hadapan Pilatus. Aku merenungkan bagaimana Yesus dipermainkan oleh penguasa negara-Nya sendiri. Aku membayangkan penghasutan kepada rakyat yang dilakukan dengan lihai oleh kaum elit, pemimpin agama-Nya sendiri. Sungguh sebuah pemandangan yang menyayat hati.

Demi kenyamanan posisinya sebagai penguasa negeri, Pilatus pun membebaskan seorang penjahat bernama Barnabas. Dia memutuskan secara tidak adil untuk menyalibkan Yesus agar luapan amarah rakyat yang telah dihasut dapat diredamkan dan nafsu kekuasaannya tetap langgeng. Juga kemapanan posisi para pemimpin agama tidak terusik. Menjatuhkan hukuman mati bagi Yesus merupakan “buah” aksi konspirasi yang terjadi di antara pemimpin negara dan agama-Nya sendiri.

Penderitaan Yesus tak terkira di sepanjang jalan salib-Nya dari tempat pengadilan menuju bukit Golgota. Dia dimahkotai sebagai raja dengan rangkaian mahkota duri untuk mengolok-olokkan-Nya. Dia dihina, dipukul dan ditampar, diludahi, ditendang dan dicambuk. Dia disiksa seperti bukan kepada seorang manusia lagi. Sungguh keji perlakukan para algojo terhadap-Nya. Darah bercucuran, peluh berhamburan, bercampur debu jalanan dan kerikil tanjam yang menusuk setiap pijakkan-Nya menambah kesengsaraan-Nya. Yesus sangat menderita. Tiga kali Dia jatuh tertindih beban salib yang sangat berat. Namun Dia tetap setia pada tugas-Nya, memanggul salib sampai ke Golgota demi menebus dosa umat manusia.

Aku merenungkan peristiwa agung yang terjadi di bukit tengkorak itu. Setelah melewati jalan salib-Nya yang penuh penderitaan, kini Yesus mau menuntaskan tugas-Nya dengan menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib. Dia wafat bagi umat manusia. Penyaliban Tuhan Yesus menyingkapkan tiga misteri agung, yaitu tentang kesetiaan-Nya kepada kehendak Bapa, cinta-Nya kepada umat manusia dan penyerahan diri-Nya yang total.

Tuhan disalibkan bersama jeritan dunia. Sambil memandang Yesus yang tersalib, aku melihat penderitan umat manusia di dunia ini karena peperangan dan aksi terorisme yang tak pernah berhenti; kekerasan dan penindasan yang tak pernah berlalu; keserakahan, diskriminasi dan korupsi yang terus merajalela. Aku melihat penderitaan para pengungsi, korban kekerasan rumah tangga, orang-orang di rumah sakit, mereka yang berkebututuhan khusus, kaum LGBT yang tidak mendapat tempat di masyarakat. Aku mendengar tangisan anak-anak jalanan dan bayi-bayi yang ditinggalkan ibunya. Aku melihat penderitaan sanak saudara dan orang-orang di sekitarku, mereka yang berjuang bersamaku dan mereka yang dipercayakan kepadaku. Aku juga mendengar jeritan dosa-dosaku yang telah turut menambah beban penderitaan Tuhan. Aku menyadari bahwa dari atas salib-Nya, Tuhan merangkul kami semua. Dia disalibkan bersama duka lara umat manusia. Tuhan Yesus wafat atas nama cinta Allah kepada dunia.

Di bawah salib Tuhan, aku hanya ingin memandang-Nya. Dialah Tuhanku yang telah menebus aku dari segala kesalahan dan kelemahanku. Aku ingin mengalami cinta-Nya yang sungguh agung yang telah membayar semua hutang dosaku dengan merenggang nyawa-Nya di kayu salib itu. Di bawah salib-Nya, aku ingin berteriak kepada dunia dan kekuasaannya bahwa Tuhanku telah menang. Dia telah tuntas melaksanakan tugas pertutusan yang diserahkan Bapa kepada-Nya. Dalam pengharapan, aku menantikan Paskah-Nya yang mulia. Aku ingin bangkit bersama-Nya dan hidup baru sebagai manusia yang sudah ditebus.
Readmore → Misteri Jumat Agung

Thursday, 24 March 2016

Spiritualitas Kamis Putih

Malam Perjamuan Kudus yang diadakan Tuhan Yesus bersama para murid-Nya pada Kamis Putih menunjukkan tiga bentuk penghayatan ajaran-Nya yang utama yaitu cinta kasih. Ketiga wujud cinta kasih yang dinyatakan Tuhan Yesus dalam setiap tindakan-Nya pada malam Perjamuan terakhir itu hendaklah menjadi spirit penting untuk direnungkan dan dihayati oleh para pengikut-Nya. Ketiga wujud cinta kasih itu diungkapkan melalui:

MAKAN BERSAMA
Melalui peristiwa makan bersama dengan para murid-Nya, Tuhan Yesus ingin memperlihatkan wujud cinta kasih kepada para pengikut-Nya yang dinyatakan dalam spiritualitas kamar makan. Kamar makan adalah tempat dimana setiap kita bisa berbagi bersama. Entah berbagi makanan, gagasan, maupun aneka pengalaman hidup yang kita alami. Di kamar makan setiap kita bisa belajar menjadi rendah hati karena kita dituntut untuk mau menikmati apa saja yang disediakan kendati makanan yang disiapkan bisa saja tidak sesuai dengan selera kita. Kamar makan juga memberi peluang bagi kita untuk merasa sehati dan seperasaan dengan yang orang lain, tidak ada permusuhan. Yang ada hanyalah spirit kekeluargaan, persaudaraan dan kedamaian. Melalui momen makan bersama dengan para rasul-Nya, Tuhan Yesus hendak menyatakan bentuk penghayatan cinta kasih yang sangat sederhana namun penuh makna.

PENGORBANAN
Yesus membagi-bagikan roti dan anggur kepada para murid-Nya yang adalah Tubuh dan Darah-Nya sendiri mengingatkan kita bahwa menjadi pengikut-Nya kita harus bisa berbagi hidup dengan orang lain. Yesus mengajari kita suatu pengorbanan yang tulus sebagaimana yang akan dilaksanakan-Nya pada hari sesudahnya melalui peristiwa jalan salib-Nya. Membagi hidup bagi Yesus artinya mengorbankan nyawa demi hidup sesama seperti yang ditunjukkan-Nya di bukit Golgota. Inilah wujud cinta kasih yang total dan sungguh agung yang diperlihatkan Yesus kepada kita melalui peristiwa pemecahan roti pada malam Perjamuan Kudus yang melambangkan kurban diri-Nya sendiri.

PELAYANAN
Melalui peristiwa pembasuhan kaki para murid-Nya, Tuhan Yesus ingin menunjukkan kepada kita suatu model pelayanan penuh cinta kasih. Dia yang adalah Tuhan dan Guru mau menjadi manusia hina dina, membasuh kaki para rasul-Nya. Sebuah tindakan yang hanya pantas dilakukan oleh seorang hamba. Namun dengan rendah hati, Dia mau melakukannya. Melalui tindakan-Nya itu, Tuhan ingin menunjukkan kepada kita wujud cinta kasih yang melandasi pelayanan-Nya. Dia memberi teladan agar kita, para pengikut-Nya hendaklah berbuat demikian.

Demikianlah ketiga wujud cinta kasih yang diungkapkan Tuhan Yesus melalui tindakan makan bersama, pemecahan roti dan pembasuhan kami yang dilakukan-Nya bersama para rasul-Nya pada malam Perjamuan Terakhir. Ketiga tindakan yang berlandaskan cinta kasih ini menjadi spiritualitas Kamis Putih bagi setiap pengikut Kritus untuk dihayati dalam kehidupan sehari-hari.

Selamat merayakan malam Perjamuan Kudus, malam Kamis Putih.
Tuhan memberkati.
 
Readmore → Spiritualitas Kamis Putih