Sunday, 31 January 2016

Totu Tuus

Seperti Bunda Maria, saya dipanggil atas prakarsa dan inisiatif Allah. Yesus pernah berkata, “Bukan kamu yang memilih kamu, melainkan Akulah yang memilih kamu” (Yoh 15:16). Sabda Yesus ini mengandung arti bahwa saya dipanggil Tuhan untuk berbagi hidup dengan-Nya. Saya disapa oleh rahmat-Nya. Dialah yang memperkarsai panggilan hidup saya.
Saya mendapat sapaan istimewa ini karena rahmat Tuhan semata. Seperti yang dialami oleh Bunda Maria, saya memperoleh rahmat panggilan ini karena saya diberkati. Tuhan mempunyai rencana bagi hidup saya. Saya dipanggil dari tengah-tengah dunia karena karunia kasih-Nya yang memilih saya secara istimewa.
Maria terkejut mendengar perkataan malaikat Gabriel yang membawa kabar sukacita Allah. Saya pun demikian. Kadang saya ragu, bimbang dan bertanya-tanya, “sungguhkah Tuhan memanggil saya? Benarkah Dia memilih saya untuk hidup di jalan-Nya?” Menanggapi sapaan Tuhan ini, saya pun mencoba meneladani Maria yang membawanya dalam hati dan merenungkannya.
Panggilan hidup saya ini adalah inisiatif Allah. Oleh karena itu, Dia tidak membiarkan hidup saya terkungkung dalam kebimbangan. Tuhan setia menyertai saya. Dia hadir dalam diri para pembina dan pendamping, para saudara sepanggilan dan dalam setiap pengalaman kegembiraan dan pergulatan-pergulatan hidup yang meneguhkan dan menguatkan. Sabda-Nya, “jangan takut sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah”, sungguh meneguhkan dan menguatkan saya.
Janji Allah yang menguatkan ini tidak serta merta membuat saya menerima begitu saja. Seperti Bunda Maria yang teguh mempersoalkan status perkawinannya, bagaimana mungkin ia dipercayakan untuk sebuah tugas suci, mengandung dan melahirkan Putera Allah terlaksana oleh seorang wanita yang belum bersuami? Saya pun demikian. Ada dialog reflektif yang saya lakukan, “Tuhan, bisakah saya berjalan bersama-Mu pada jalan panggilan ini? Mampukah saya setia pada komitmen yang diucapkan?”
“Roh Kudus akan turun atasmu, Maria dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungimu!” Roh yang sama itu memberi kekuatan kepada saya untuk setia. Saya percaya bahwa Roh Kudus senantiasa membimbing perjalanan hidup saya. Dialah Roh yang meneguhkan saya.
Keterlibatan Elisabeth, sanak Maria dalam pengalaman panggilannya menyadari saya bahwa peran keluarga juga memberi andil dalam perjalanan panggilan saya. Peran keluarga berupa penanaman nilai-nilai kristiani yang saya peroleh di rumah menjadi bekal berharga bagi hidup saya. Kehangatan cinta dan kasih sayang, nasihat dan perhatian yang dicurahkan serta doa-doa yang setia dihunjukan memberi warna tersendiri dalam pengalaman panggilan hidup saya. Dukungan mereka inilah yang menjadi salah satu pelecut semangat saya untuk menjawab “Ya” terhadap panggilan Tuhan.
Sebagaimana Bunda Maria yang menjadikan fiatnya sebagai bukti cinta dan kesetiaannya terhadap Allah yang memanggilnya, jawaban “Ya” saya juga adalah bukti serah diri saya kepada Tuhan yang memanggil saya untuk menjadi rekan kerja Allah dalam menjalankan misi-Nya, menyelamatkan manusia. Totus tuus ego sum, et omnia mea tua sunt, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu”.
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment