Pada awal bulan April tahun 2009 lalu, komunitas St.
Borgias-Kupang dikunjungi oleh seorang bule. Namanya Pak Alberth. Dia berasal
dari Belanda. Dia adalah mantan Frater BHK yang sudah lama memilih hidup
berkeluarga. Maksud kedatangannya ke Indonesia adalah untuk menghabiskan masa
tuanya dengan bertamasya ke tempat-tempat wisata di Indonesia dan mengunjungi biara-biara
Frater BHK se-Indonesia. Bulan April adalah waktu yang direncanakannya untuk
mengunjungi komunitas Kupang dan beberapa tempat wisata di Pulau Timor.
Pada waktu itu saya masih sebagai anggota komunitas
Kupang. Karena saya mempunyai waktu luang maka oleh komunitas saya
diperkenankan untuk menemani Pak Alberth bertamasya ke beberapa tempat wisata
di Pulau Timor. Saya mendapat tugas dalam kegiatan itu sebagai pemandunya Pak
Alberth. Awalnya saya merasa ragu karena kemampuan berbahasa Inggris saya
sangat minim apalagi saya harus menjadi gaid pak Alberth yang tidak bisa
berbahasa Indoneisa sama sekali. Tetapi atas dorongan beberapa Frater yang
melihat kesempatan ini sebagai peluang untuk belajar bahasa Inggris dan
kesempatan baik bagi saya untuk mengujungi beberapa tempat di Pulau Timor yang
belum pernah saya kunjungi, akhirnya saya bersedia.
Kami melakukan kunjungan tersebut selama tiga hari dan
dua malam. Bersama seorang sopir yang cukup kompeten dengan mobil sewahan, saya dan pak Albert pun meninggalkan biara dan
diperkenankan oleh pimpinan untuk menginap di luar biara selama dua malam.
Perjalanan yang menyenangkan itu kami awali dengan
mengunjungi sebuah tempat pertunjukkan alat musik khas NTT yaitu sasando. Saya
merasa begitu terpesona ketika menyaksikan seorang bapak yang sangat pandai
memainkan alat musik tersebut. Dan mulai saat itulah saya tahu bagaimana cara
memainkan alat musik sasando. Sebagai ungkapan selamat datang kami disuguhkan
dengan sebuah lagu dalam bahasa Timor. Saya merasa sangat terharu ketika
mengetahui makna dari syair lagu tersebut dalam terjemahan bahasa Indonesianya.
Melalui lagu tersebut penyair mau menyampaikan kepada kami bahwa Tuhan itu
sungguh agung. “Karena keangungan Tuhanlah hari ini, Mr. Alberth dari
Belanda, anda dari Flores dan saya dari Timor bisa bertemu di tempat yang
sederhana ini. Pujilah Tuhan!”. Kata penyanyi itu yang kemudian saya
terjemahkan untuk Pak Alberth dalam bahasa Inggris.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan kami ke sebuah
ibu kota kabupaten di Pulau Timor. Di tempat inilah kami menginap selama dua
malam. Udara di kota ini cukup sejuk. Suasana kotanya sangat sederhana. Selama
berada di sana kami menginap di hotel yang sangat terkenal di kota itu. Kami
berada di hotel hanya pada waktu malam hari dan untuk sarapan pagi. Selanjutnya
kami melakukan tamasya di beberapa tempat wisata di Pulau Timor. Hampir semua
tempat wisata dan tempat-tempat yang bernilai sejarah di Pulau Timor kami
kunjungi selama tiga hari tersebut.
“Frater, it’s a nice place”. Demikianlah komentar pak Alberth setiap kali kami menyaksikan keindahan
alam di Pulau Timor. Beliau sangat senang dengan semua yang dia saksikan.
Demikian juga saya yang belum pernah ke tempat-tempat tersebut. Saya merasa
sangat bahagia. Saya merasa bersyukur karena diberi kesempatan untuk
mengunjungi tempat-tempat tersebut.
Dalam kunjungan itu saya mempunyai pengalaman yang
membuat saya percaya diri, yaitu ketika kami mengujungi sebuah sekolah tua.
Sekolah tersebut adalah lembaga pendidikan Kristen Protestan yang usianya
hampir satu abad. Pendiri sekolah tersebut adalah seorang Protestan
berkebangsaan Belanda. Kami diperkenankan masuk kelas dan bertatap muka dengan
anak-anak dan para guru. Pengalaman ini membuat saya merasa percaya diri dan
bangga dengan diri saya sendiri karena dengan kemampuan bahasa Inggris yang
saya miliki saya mampu menjadi pemandu dialog antara Pak Alberth dan para guru
serta anak-anak. Saya mampu menjadi gaid yang bisa memperlancar dialog di
antara mereka terutama antara Pak Alberth dan Bapak Ibu guru yang sama-sama
berprofesi sebagai guru. Pak Alberth membagikan pengalamannya selama
bertahun-tahun mengabdikan dirinya sebagai seorang guru dengan segala suka dukanya.
Demikian juga bapak ibu guru. Saya merasa terkesan dengan pengelaman-pengelaman
mereka, pengalaman yang menggugah sekaligus menantang saya yang suatu saat
nanti akan berdiri di depan kelas sebagai seorang guru sama seperti mereka.
Demikianlah pengalaman saya selama menjadi turis di
daerah sendiri. Saya sangat senang dengan kesempatan ini. Saya bisa mengenal
pak Alberth lebih jauh, saya bisa tahu tempat wisata yang indah dan
tempat-tempat yang mempunyai nilai sejarah serta daerah-daerah di Pulau Timor yang
belum pernah saya ketahui sebelunya. Selain itu saya mempunyai kesempatan untuk
berekreasi sambil mendalami kemampuan saya dalam berbahasa Inggris.
Saya ingin katakan kepada anda sekalian, jangan
sia-siakan kesempatan yang diberikan kepada anda karena kesempatan yang sama
tidak akan terulang lagi untuk kedua kalinya. Anda akan menyesal esok ketika
hari ini anda mengabaikan kesempatan.