Monday, 29 February 2016

Secarik Kertas

Aku adalah secarik kertas.
Aku kosong tanpa apa-apa.
Belum ada setitik tinta pun yang menodai tubuhku.
Aku putih, seputih Dia yang menciptakanku.

Aku ada di sini, telah memulai jalan ini.
Aku bersedia membuka diri pada setiap goresan.
Aku rela menjadi tempatmu berbagi.
Aku juga ikhlas membagi hidupku bersamamu.
Aku adalah secarik kertas,
yang siap disirami amanah dan inspirasi.
Aku terbuka pada arahan dan koreksi
yang menumbuhkan jiwaku.
Aku bersedia ditempa menjadi bejana yang berguna.
Aku rela dibentuk agar hidupku bermakna bagi sesama.

Kepadamu yang dipilih menjadi alat-Nya
untuk mengisi baris-baris hidupku
dengan berbagai ilmu, petuah dan nasihat,
kabar sukacita, curahan hati, unek-unek ataupun beban
mari....,
bukalah lipatan tangan dan jemari yang menutup diriku
dari berbagai nada indah sumbangsihmu,
goreskan kata-katamu dalam diriku
agar aku menjadi hidup dan berkat bagi sesama,
peganglah dan kuatkanlah jiwa ragaku
agar aku tidak terhempas oleh badai zaman
yang berusaha meleraikan diriku
dengan Dia yang mengadakan aku.

Aku adalah secarik kertas.
Aku tulus menjadi sahabat sejatimu,
tempat kau membagi hidup,
wadah kau mencurahkan seluruh isi hatimu:
penghiburan, sukacita dan kegembiraanmu,
maupun kesedihan, penderitaan dan duka nestapamu.

Aku adalah secarik kertas,
yang ketika dipenuhi dengan kata-kata indah
buah pena para pujangga,
lukisan berwarna-warna karya para seniman,
kalimat-kalimat resmi dari mereka yang menghargaiku,
atau ayat-ayat suci wejangan Sang Ilahi,
aku dihormati, dicintai dan dianggap kudus melebihi segalanya.

Namun,
ketika aku terisi oleh kata-kata yang tidak elok:
tentang penipuan dan pengkhianatan,
tentang keputusasaan, amarah dan dukacita,
aku adalah barang yang tak berharga lagi,
aku diremas-remas, disobek dan diinjak-injak,
lalu diusung dan dibuang ke tempat sampah.
Di tempat inilah aku akan dibakar.
Dengan demikian ziarah hidupku sebagai secarik kertas
akan menemui jalannya untuk “pulang”,
kembali kepada Sang Dia yang menjadi asal segala sesuatu.

Ya Tuhan, demikianlah perjalanan hidupku
sebagai secarik kertas.
Aku bersyukur atas seluruh hidup yang boleh kulalui
dalam mengemban amanat-Mu
sebagai secarik kertas dengan suka-duka pengalamanku.
Terima kasih atas rahmat-Mu yang turut berkarya bersamaku.
Semoga panggilan hidupku sebagai secarik kertas ini
mampu menjadi alat-Mu yang sederhana
untuk memuliakan nama-Mu dan berkat bagi sesamaku.
Amin.
Readmore → Secarik Kertas